Banjir Barru Sulsel
Bukti Kerusakan Alam di Barru Sulsel, Daftar Banjir Bandang 7 Tahun Terakhir
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan kembali diterjang banjir, dalam tujuh tahun terakhir banjir bandang sudah terjadi sebanyak 5 kali.
Sebab jarak pemukiman padat penduduk, wilayah gunung, perbukitan dan garis laut sangat dekat.
"Intensitasnya sangat lebat dan kemarin itu kebetulan sekali bersamaan dengan pasangnya air laut, kalau kita lihat Mallusetasi itukan jarak pemukiman, gunung dan laut berseberangan, sehingga kondisi ini memungkinkan terjadi banjir di badan jalan," ungkapnya.
Dia pun meminta warga untuk mewaspadai terjadinya banjir susulan dikarenakan curah hujan tinggi masih akan melanda Barru hingga beberapa hari ke depan.
Aktivitas Pertambangan
Pakar Bencana Hidrologi Unhas, Prof Andi Maulana, mengatakan banjir yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh aktivitas pertambangan, tetapi merupakan hasil akumulasi dari berbagai faktor yang saling berkaitan.
"Ini adalah akumulasi dari banyak hal, yang pertama berasal dari tidak sinkronnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),” katanya, Senin (27/10/2025).
Ia menuturkan, jika RT RW benar-benar dipatuhi dan dijalankan dengan konsisten, maka pembukaan lahan di wilayah hulu dapat diminimalkan.
Namun dalam praktiknya, banyak pelanggaran yang terjadi.
"Ada juga pembukaan lahan untuk perkebunan, pembangunan infrastruktur, jalan, dan sebagainya. Semua itu berkontribusi terhadap meningkatnya risiko banjir,” ungkapnya.
Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan akumulasi dari lemahnya kepatuhan terhadap tata ruang dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya mitigasi.
“Masalahnya, orang sering kali tidak terlalu antusias bicara mitigasi karena merasa belum terjadi bencana. Padahal justru sebelum banjir datang, mitigasi itu harus dilakukan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, langkah-langkah mitigasi seharusnya dilakukan jauh sebelum musim hujan tiba, seperti membersihkan saluran air, menormalisasi sungai, dan mengedukasi masyarakat di wilayah hulu agar tidak sembarangan membuka lahan.
“Semakin ke sini, kepatuhan terhadap tata ruang semakin menurun. Akibatnya, akumulasi dampak terus terjadi dan setiap tahun kita menghadapi masalah yang sama. Kalau pola pikir atau mindset penanggulangan bencana tidak diubah, maka kondisi ini akan terus berulang,” jelasnya.
Adapun kata Guru Besar Unhas itu, penanggulangan bencana tidak boleh bersifat musiman.
“Kalau bicara banjir, jangan tunggu musim hujan baru sibuk. Harusnya jauh sebelum itu, kita sudah melihat faktor-faktor yang berpotensi memicu banjir dan memperbaikinya agar risikonya berkurang,” kata dia.
Menurutnya, manajemen bencana adalah proses yang berlangsung sepanjang tahun.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.