TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Sampah masih menjadi persoalan klasik di Kota Makassar.
Sejatinya, pemerintah terus berupaya mengatasi persoalan ini lewat armada pengangkut.
Namun, tumpukan sampah masih kerap menghiasi sudut-sudut kota.
Makassar sendiri dihuni sekitar 1,48 juta jiwa pada 2024.
Setiap hari, ibu kota Provinsi Sulsel ini menghasilkan rata-rata 245,8 ton sampah.
Atau setara 7.374,5 ton per bulan.
Angka tersebut membuat beban pengelolaan semakin berat.
Kondisi ini membuat Askari Andi Azis Pangara merasa resah.
Pria berusia 58 tahun itu merupakan warga BTN Agraria, Jalan Emmy Saelan III, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini.
Ia lahir di Kabupaten Pinrang pada 7 Desember 1969.
Pendidikan tingginya ditempuh di Politeknik Universitas Hasanuddin (Unhas).
Di mana ia mengambil program diploma pada 1989–1992.
Kampus tersebut kemudian bertransformasi menjadi Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).
Sebuah perguruan tinggi negeri yang berdiri sejak 1987.
Askari mengatakan, hampir setiap hari selalu menyaksikan tumpukan sampah di depan rumah warga.