JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM — Di hari ke-299 pemerintahannya, Jumat (15/8/2025), Presiden Prabowo Subianto (73), kembali menjanjikan penguatan dan daya tahan ekonomi nasional.
Sayang, postur Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 masih defisit Rp638,8 Triliun atau 2,48 persen dari total APBN.
Seperti postur APBN pemerintahan sebelumnya, pasak masih lebih besar dari tiang.
Belanja negara Rp 3.786,5 Triliun masih lebih besar dari Pendapatan Rp 3.147,7 Triliun.
Namun, dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR Jumat (15/8/2025), presiden menargetkan keseimbangan anggaran (balance budget) terjadi pada postur APBN 2027/2028.
Baca juga: Erwin Aksa: Sekolah Rakyat Bukti Pendidikan Tidak harus Mahal
Anggota DPR-RI Erwin Aksa, menyebut budget balance ini masih realistis dan optimistik untuk target pertumbuhan ekonomi inklusif 5,4 persen.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) ini, menilai postur RUU APBN 2026 ini sebagai upaya strategis pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dengan tantangan defisit anggaran dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
"Kami membacanya bahwa Pemerintahan Prabowo pakai instrumen PDB digunakan sebagai acuan kinerja ekonomi dan kebijakan fiskal," ujar Erwin, kepada Tribun, Sabtu (16/8/2025).
PDB adalah ukuran nilai ekonomi pembangunan makro suatu negara.
Ini dihasilkan dari produksi barang dan jasa dari semua unit usaha satu di negara.
Contohnya, konsumsi rumah tangga, investasi modal baru; pabrik atau peralatan dan aatu efek dari belanja pengeluaran untuk barang, jasa, dan infrastruktur di daerah.
Apalagi, tambah Erwin, di tahun pertama pemerintahannya, Prabowo tetap menjanjikan pengendalian inflasi di kisaran 2,5 persen, dan menjaga momentum pemulihan dampak resesi ekonomi global dan perang dagang Amerika vs China.
Menurutnya, menjaga stabilitas harga pangan pokok, serta kebijakan tidak menaikkan dan menambah item pajak jadi kabar terbaik bagi pelaku usaha.
Erwin adalah pemilik kelompok usaha Bosowa Corp, kelompok bisnis multisektor di timur Indonesia.
Ia alumnus ekonomi University of Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika.