Dalam skema ini, Bulog menyewa jasa penggilingan milik pihak ketiga untuk mengolah gabah yang dibeli dari petani. Sebagai imbalannya, Bulog membayar biaya sewa dan jasa penggilingan sesuai kesepakatan.
Namun, keterlambatan pembayaran seperti yang terjadi saat ini dinilai berpotensi mengganggu kelancaran distribusi beras.
“Kalau mesin berhenti beroperasi karena tidak ada modal, otomatis pasokan beras juga bisa terganggu,” ujar sumber tersebut.
Selain itu, kondisi ini juga berpotensi memengaruhi harga gabah di tingkat petani.
Jika penggilingan kesulitan membeli gabah, maka permintaan menurun dan harga bisa jatuh.
“Kami tidak mau masalah administrasi ini berimbas ke petani. Mereka sudah susah payah menanam, jangan sampai harga gabah mereka anjlok,” tegasnya.
Para mitra berharap Bulog Bone maupun pusat segera memberikan kepastian waktu pembayaran.
“Kami siap bekerja sama, tapi tolong kewajiban yang lama diselesaikan dulu,”harapnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Bulog Bone belum memberikan keterangan resmi terkait klaim tunggakan pembayaran tersebut.
Tribun-Timur.com masih berupaya menghubungi namun belum mendapatkan respon.(*)