Oleh: Muh. Zulkifli Mochtar
TRIBUN-TIMUR.COM - Jika ke Tokyo singgahlah di Akihabara. Dari Shinjuku stasiun, tempat ini bisa dicapai dengan JR Chuo Sobu Line sekitar 18 menit.
Jika dari Tokyo stasiun hanya sekitar 4 menit dengan JR Yamanote line. Banyak juga pilihan akses lain.
Saat tiba di stasiun Akihabara, atmosfer gambar karakter populer anime, elektronik, game dan manga terlihat menghiasi dinding stasiun.
Kawasan Akihabara dijuluki Akihabara Electric Town karena menjadi pusat penjualan berbagai barang elektronik kebutuhan rumah tangga.
Toko elektronik besar Sofmap, Laox, Yodobashi Camera dan ratusan kios kecil elektronik berjejer di kawasan: menjual komputer terbaru, televisi, suku cadang elektronik, audio, peralatan rumah tangga. Baru dan bekas.
Kawasan ini sangat ramai saat bubble economic Japan di era 1960 - 1990 dan menjadi salah satu ikon utama kota Tokyo.
Belakangan, fokus Akihabara mulai berubah, dianggap sebagai area budaya populer Jepang.
Toko toko anime, video game, manga, computer related goods, electronic, maid cafe dan berbagai otaku culture makin marak di kawasan ini.
Display berbagai Karakter populer anime dan manga tampilmencolok di area ini. Pokoknya, kawasannya menarik, energik, modern dan atraktif.
Inilah yang disebut sebagai soft power – sebuah kekuatan lain sebuah bangsa.
Menurut Joseph Nye professor Harvard University, pendekatan soft power lebih berkarakter inspirasional yakni kekuatan menarik orang lain dengan kecerdasan emosional seperti membangun hubungan erat melalui karisma, komunikasi persuasif, daya tarik ideologi visioner juga pengaruh budaya.
Banyak negara-negara membangun soft power guna mengaktifkan ekonomi dan menarik wisatawan. Misalnya Korea Selatan dengan K-Drama, K-Pop, dan fashion nya.
Ternyata Jepang sudah lama punya program kontinyu penguatan soft power. ‘Cool Japan’ adalah sebuah strategi yang diimpelementasikan Jepang untuk menyebarluaskan nilai nilai budaya dan hal hal menarik tentang Jepang keseluruh dunia global.
Sebuah diplomasi publik Jepang. Dalam artian, apapun hal hal positif tentang Jepang haruslah disebarluaskan ke dunia.
Makanan, anime, manga, music, mode, film, budaya festival dan banyak lagi. Juga dalam usaha membangun nation branding positif negara ini.
Tahun lalu, pemerintah Jepang mencanangkan strategi Cool Japan yang baru. Perdana Menteri saat itu Fumio Kishida menguraikan rencana komprehensif Jepang untuk memperluas dan merevitalisasi inisiatif Cool Japan sebelumnya.
Menurut A. G. Auliawan dan M. P. Ratna dari Universitas Diponegoro di Jurnal Kiryoku 2024, Jepang sedang berusaha menemukan strategi baru untuk memperbaiki ekonomi nasionalnya. Sedang berjuang untuk keluar dari stagnasi ekonomi nya selama 30 tahun lebih.
Inovasi, teknologi dan produk mereka banyak tersaingi - terutama oleh China, Korea, Taiwan. Perlambatan ekonomi Jepang dikenal sebagai ‘The Lost Decades’.
Bursa Nikkei Stock yang mencapai 38 ribu tahun 1989, anjlok hingga titik 8 ribu tahun 2002.
Meski demikian, Menurut A. G. Auliawan dan M. P. Ratna - pada fase stagnansi ini, perkembangan budaya populer Jepang justru semakin mengglobal.