Sebelum insiden terjadi, KLM Asia Mulia dalam posisi mengapung sembari menunggu waktu pagi untuk sandar di Pelabuhan Bungeng, Jeneponto.
Namun naas, kapal yang mengangkut 57 ekor kerbau itu tenggelam setelah dihantam dari arah lambung.
Asrul tidak dapat mengidentifikasi kapal yang menabrak, lantaran kondisi di lokasi sangat gelap.
“Saya tidak tahu kapal tanker atau kargo, warnanya pun tidak kelihatan, yang jelas kapal besi,” ujarnya.
"Jadi nanti setelah kapal saya terpotong dan mulai tenggelam baru saya lompat,” lanjutnha.
Yang lebih memilukan, kapal yang menabrak disebut baru membunyikan klakson setelah tabrakan terjadi.
Meski demikian, Asrul bersyukur masih diberi keselamatan dalam insiden tersebut.
“Alhamdulillah, saya dan empat orang lainnya selamat. Kami bisa mengapung karena ada rakit yang copot dari kapal saat tabrakan terjadi,” tuturnya.
Diketahui, KLM Asia Mulia membawa delapan orang ABK dengan muatan 57 ekor kerbau.
KLM Asia Mulia melakukan rute pelayaran dari Alor, NTT pada Senin 16 Juni 2025.
Kapal tersebut rencananya sandar di Pelabuhan Bungeng, Jeneponto, namun naas mengalami kecelakaan dan seluruh kerbau dinyatakan tenggelam.
Asrul dan empat rekanyya ditemukan selamat oleh nelayan Jeneponto pada pukul 09:00 Wita atau lima jam pasca kejadian.
Sementara tiga orang lainnya masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.
Data korban selamat:
- Ebit, asal Kajuara, Bone
- Asrul, asal Kajuara, Bone
- Pance, asal Alor, NTT
- Supri, asal Alor, NTT
- Harun, asal Alor, NTT.(*)