Tidak lagi menggunakan cara-cara lama dalam memberikan pemahaman nilai - nilai Pancasila yang cenderung dogmatis dan beralih ke pendekatan yang dialogis dan kontekstual.
Seperti yang ditegaskan Prof. Kaelan, pakar filsafat Pancasila dari Universitas Gajah Mada, "Pancasila bukan ideologi tertutup. Ia harus terus dimaknai secara dinamis sesuai perkembangan zaman."
Olehnya itu, tugas utama pendidik bukan membuat generasi muda hafal lima sila, tapi membuat generasi muda khususnya Gen Z mampu merasakan dan menghayati makna Pancasila sebagai falsafah kebangsaan dalam kehidupan nyata baik di ruang kelas, di jalanan, maupun di media sosial.
Pancasila sebagai Peradaban
Pancasila bukan sekedar dicetuskan sekali saja oleh Bung Karno, melainkan proses panjang. Pancasila adalah peradaban yang menuntut pembaruan terus-menerus.
Dalam konteks era digital, reborn-nya Pancasila adalah momentum penting untuk menegaskan bahwa nilai-nilai dasar bangsa ini tidak statis.
Tetapi nilai - nilai Pancasila tumbuh, beradaptasi, dan bertahan karena ditafsirkan ulang oleh tiap generasi.
Gen Z, sebagai digital native, punya posisi strategis. Gen Z bisa menjadikan ruang digital sebagai laboratorium ideologi, tempat nilai - nilai Pancasila diuji, ditantang, dan diperkuat.
Tapi tugas itu hanya bisa berhasil jika Gen Z tidak sekadar ikut arus algoritma, tapi mampu memanfaatkannya untuk menyebarkan nilai yang mencerahkan, bukan yang membelah opini masyarakat.
"Pancasila bukan sekadar teks sejarah, tapi kompas moral yang harus kita bawa ke ruang digital. Di tangan generasi muda, nilai-nilai ini bisa hidup kembali dalam bentuk yang kreatif dan kontekstual."
(Alanda Kariza, aktivis muda, pendiri Indonesian Youth Conference)
Maka dari itu, “Pancasila Reborn dalam Pusaran Algoritma” bukan sekadar judul gagah, tapi tantangan nyata yang sedang kita hadapi saat ini.
Pancasila tidak bisa hidup seperti di masa lalu. Pancasila harus digaungkan melalui platform media sosial seperti TikTok, YouTube, podcast, dan semua ruang platform digital tempat warga Indonesia berinteraksi.
Relevansi Pancasila tergantung pada keberanian kita terutama generasi muda, untuk menjadikannya nilai yang hidup, kritis, dan membebaskan.
Di era Gen Z, mereka dapat menafsirkan ideologi Pancasila bukan karena menghafal 5 sila, tetapi karena dimaknai dan diperjuangkan. (*)