Oleh: Agung PJ Wahyuda
Mahasiswa Doktoral FKM Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Bovine Tuberculosis (bTB), merupakan penyakit infeksius yang menyerang sapi, telah lama menjadi masalah besar dalam dunia peternakan.
Di Kabupaten Enrekang, khususnya di Kecamatan Cendana, temuan terbaru menunjukkan angka yang cukup tinggi: sekitar 47 persen sapi perah terindikasi bTB berdasarkan hasil observasi molekuler PCR, dengan sampel yang relatif terbatas.
Temuan ini mengindikasikan bahwa masalah ini sudah pada titik yang perlu diwaspadai.
Disamping itu, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang juga mencatat tingginya kasus tuberkulosis pada masyarakat, yang mungkin saja dapat disebabkan oleh paparan langsung dari hewan ternak.
Penularan penyakit zoonosis seperti bTB yang dapat berpindah dari hewan ke manusia menjadikannya ancaman yang harus diwaspadai dan segera ditangani.
Bovine Tuberculosis adalah penyakit yang berisiko menular tidak hanya antar ternak khususnya sapi, tetapi juga kepada peternak itu sendiri.
Infeksi ini dapat menyebabkan gangguan Kesehatan kronis, termasuk pada sistem pernapasan manusia.
Masyarakat peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang, yang sebagian besar bergantung pada sektor peternakan sebagai mata pencaharian utama, menghadapi ancaman ganda: kesehatan ternak yang terganggu dan potensi risiko kesehatan bagi manusia.
Namun, yang menjadi masalah utama adalah lebarnya kesenjangan di kalangan antar peternak tentang pentingnya pengelolaan peternakan yang aman, serta kurangnya penerapan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang sesuai.
Keadaan ini dipengaruhi oleh praktik peternakan yang kurang memperhatikan biosekuriti, yakni langkah-langkah untuk mencegah penyakit menular antar hewan atau antara hewan dan manusia.
Kondisi ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah dan semua pihak terkait.
Pasalnya, meski temuan bTB pada sapi perah masih dalam tahap awal, potensi penyebarannya sangat besar jika tidak segera dilakukan langkah-langkah pencegahan yang tegas dan terstruktur.
Peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang, sebagian besar dari mereka bekerja secara mandiri tanpa adanya sistem pendampingan yang memadai, juga harus diberikan pelatihan agar dapat mengenali gejala awal bTB pada ternak mereka.
Tanpa pemahaman yang cukup tentang pencegahan, sulit untuk membayangkan bagaimana mereka dapat melindungi diri mereka dan ternak mereka dari penyakit ini.
Pendekatan One Health yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan harus menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman penyakit zoonosis ini.
One Health bukan hanya sekadar konsep, tetapi pendekatan holistik yang mengharuskan kolaborasi lintas sektor antara Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, Pemerintah Kecamatan, serta masyarakat setempat.
Kesehatan hewan dan manusia tidak dapat dipisahkan dalam menangani penyakit seperti bTB.
Oleh karena itu, penting untuk membangun sistem surveilan terpadu yang dapat memantau potensi penyebaran penyakit dari sapi perah ke manusia, baik melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi maupun produk susu yang tidak terkontrol.
Upaya pencegahan bTB harus dimulai dengan meningkatkan kewaspadaan dini, baik di tingkat peternak maupun masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Enrekang perlu memastikan bahwa sistem deteksi dini bTB yang melibatkan berbagai sektor, dari kesehatan hingga peternakan, dapat berfungsi dengan baik.
Misalnya, mengembangkan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit hewan di tingkat kecamatan yang terhubung langsung dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
Pendekatan ini akan mempermudah pemantauan dan mempercepat penanganan jika ditemukan kasus terinfeksi.
Lebih lanjut, sistem pemantauan ini juga harus memungkinkan komunikasi antar instansi terkait untuk memastikan data kesehatan ternak dan manusia dapat dipertukarkan secara cepat dan akurat.
Selain itu, kesadaran akan biosekuriti dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di kalangan peternak harus ditingkatkan secara drastis.
Dalam hal ini, program pelatihan yang berbasis pada metode partisipatif sangat diperlukan untuk memberi pemahaman yang mendalam kepada peternak tentang cara-cara mencegah penularan penyakit pada ternak dan manusia.
Pelatihan ini harus mencakup pengelolaan ternak yang aman, termasuk pemeliharaan kebersihan kandang, penggunaan alat pelindung diri, serta cara-cara pengolahan produk susu yang sehat.
Tidak hanya peternak, tetapi juga masyarakat umum di Kabupaten Enrekang perlu diberikan literasi kesehatan terkait bTB.
Penyuluhan dapat dilakukan melalui media lokal seperti media komunitas atau pertemuan warga di tingkat desa.
Melalui pendekatan berbasis budaya yang lebih akrab, seperti melibatkan tokoh agama dalam dakwah tentang pentingnya menjaga kesehatan ternak, akan semakin memperkuat pesan pencegahan penyakit ini di kalangan masyarakat.
Tokoh agama dapat menjadi jembatan penting untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dapat diterima lebih mudah oleh masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang mungkin lebih sulit dijangkau oleh program-program penyuluhan konvensional.
Pemerintah Kabupaten Enrekang juga dapat mendorong implementasi insentif bagi peternak yang aktif menerapkan prinsip-prinsip biosekuriti yang telah disarankan.
Hal ini akan memberikan motivasi tambahan bagi peternak untuk lebih serius dalam menjaga kesehatan ternak mereka dan mencegah penyebaran penyakit.
Selain itu, pemberian insentif ini dapat berfungsi sebagai contoh bagi peternak lain untuk mengikuti langkah serupa, menciptakan sebuah budaya kesehatan yang lebih luas di kalangan masyarakat peternak.
Secara keseluruhan, langkah-langkah preventif dalam mengatasi penyebaran bTB di Kabupaten Enrekang memerlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah, peternak, masyarakat, dan tokoh agama.
Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi kita dapat menanggulangi ancaman penyakit zoonosis ini dan menjaga keberlanjutan peternakan sapi perah yang sehat dan aman.
Kolaborasi ini harus berbasis pada pendekatan One Health, yang tidak hanya memperhatikan kesehatan hewan dan manusia secara terpisah, tetapi juga mengintegrasikan keduanya dalam upaya penanggulangan bTB yang efektif.
Pencegahan dini adalah kunci, dan langkah-langkah ini harus segera diimplementasikan untuk menjaga kesehatan masyarakat dan peternak di Kabupaten Enrekang.(*)