Menengah atas: 27,4 persen
Atas: 30,5 persen
3. Level pendidikan
Jika dilihat dari level pendidikan, semakin tinggi pendidikan pemilih, ia cenderung memilih paslon Andika-Hendi.
Sedangkan, semakin rendah pendidikan pemilih, cenderung ke Luthfi-Yasin.
Berikut hasil untuk Andika-Hendi:
Dasar: 26,3 persen
Menengah: 34,2 persen
Tinggi: 32,4 persen
Berikut hasil untuk Luthfi-Yasin:
Dasar: 28,4 persen
Menengah: 26,8 persen
Tinggi: 29,7 persen
Responden yang tidak tahu atau belum menentukan pilihan:
Dasar: 42 persen
Menengah: 33,9 persen
Tinggi: 29,8
Alasan memilih
Dalam menentukan pilihannya, sebanyak 20 persen pemilih menentukan pilihan dari kualitas calon gubernur dan/atau calon wakil gubernur.
Sebanyak 14,9 persen pemilih mendasarkan pilihannya pada tampilan fisik cagub/cawagub.
Lalu, sebanyak 12,7 persen mendasarkan pada pengalaman pada pemerintahan.
Sedangkan, sebanyak 8,5 persen mempertimbangkan dari integritas moral cagub/cawagub, misalnya tidak korupsi, jujur, dan adil.
Pertimbangan pilihan calon gubernur (ketokohan)
Berdasarkan hasil survei Pilkada Jateng 2024 Litbang Kompas, ada faktor-faktor ketokohan yang juga mendasari pertimbangan pemilih.
Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi); dan Presiden Prabowo Subianto; jadi dua nama teratas yang berpengaruh bagi warga Jateng dalam menentukan pilihan pada Pilkada Jateng 2024.
Bagi calon yang didukung Jokowi, dipertimbangkan pemilih sebanyak 43,9 persen; sebanyak 42,4 persen pemilih tidak mempertimbangkannya.
Bagi calon yang didukung Prabowo Subianto, dipertimbangkan pemilih sebanyak 41,2 persen; sebanyak 44,7 persen tidak mempertimbangkannya.
Bagi calon yang didukung Gibran Rakabuming Raka, dipertimbangkan pemilih sebanyak 35,2 persen; sebanyak 47,7 persen tak mempertimbangkannya.
Bagi calon yang didukung Ganjar Pranowo, dipertimbangkan pemilih sebanyak 34,7 persen; sebanyak 50,0 persen tidak mempertimbangkannya.
Bagi calon yang didukung Megawati, dipertimbangkan pemilih sebanyak 26,5 persen; sebanyak 57,1 persen tidak mempertimbangkannya.
Popularitas pasangan calon
Lalu, bagaimana dengan tingkat popularitas Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin di mata warga Jateng?
Bagi pasangan calon nomor urut 1 Andika-Hendi, mereka dikenal oleh pemilih lewat media sosial, persentasenya sebanyak 42,8 persen.
Sedangkan, 36,6 persen pemilih mengenalnya dari media; dan 34,2 persen mengenalnya dari spanduk, baliho, selebaran, dan lainnya.
Adapun pasangan calon nomor urut 2 Lutfhi-Yasin, sebanyak 46,3 persen pemilih mengenalnya lewat spanduk, baliho, selebaran, dan lainnya.
Sedangkan, 30,4 persen mengenal dari media sosial; dan 26,7 persen mengenal dari media massa.
Dalam survei Litbang Kompas ini juga memetakan kelebihan dan kekurangan tiap pasangan calon.
Sebanyak 38,3 persen pemilih memandang paslon Andika-Hendi memiliki karakter personal, seperti kemampuan kepemimpinan dan merakyat.
Lalu sebanyak 15,4 persen memandang dari sisi kinerja dan pengalaman.
Di sisi kekurangan, terdapat 6,0 persen pemilih yang memandang paslon nomor urut 1 ini memiliki kekurangan pada karakter personal, seperti kemampuan kepemimpinan dan merakyat.
Sementara itu, sebanyak 21,2 persen pemilih memandang paslon Luthfi-Yasin memiliki kelebihan pada karakter personal, seperti kemampuan kepemimpinan dan merakyat.
Sebanyak 16,0 persen memandang dari sisi identitas, seperti putra daerah, agama, etnis, dan lainnya.
Sedangkan, 13 persen memandang dari sisi kinerja dan pengalaman.
Dari sisi kekurangan, terdapat 7,6 pemilih yang memandang paslon nomor urut 2 ini punya kekurangan pada karakter personal, seperti kemampuan kepemimpinan dan merakyat.
Pada hasil survei ini diketahui bahwa terdapat 43,1 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya. Jumlah ini melebihi tingkat elektabilitas dari kedua paslon.
Peneliti Litbang Kompas M Toto Suryaningtyas menilai, faktor tersebut disebabkan tak adanya sosok gubernur petahana.
"Pilkada Jateng ini problem dasarnya tidak ada petahana. Memang ada petahana, tapi itu kan Taj Yasin, bukan gubernur. Jadi enggak ada gubernur yang maju, jadi sosok kuat tidak ada," ujarnya kepada Kompas.com, Ahad atau Minggu (3/11/2024).
Ia juga memandang dari sisi sosial-budaya, yang mana warga Jateng akan menentukan pilihan di saat-saat terakhir.(*)