Namun, setelah pesta demokrasi usai, banyak dari mereka yang kembali menghilang dan seolah melupakan “ke-NU-an” mereka.
Pendekatan yang seperti ini jelas merugikan, tidak hanya bagi NU sebagai organisasi, tetapi juga bagi masyarakat secara umum.
Jika NU dijadikan alat tawar-menawar kekuasaan, maka NU tidak lagi berdiri sebagai penjaga moral dan etika sosial-keagamaan.
Sebaliknya, NU akan terjebak dalam permainan politik praktis yang seringkali jauh dari nilai-nilai kebijaksanaan yang selama ini dijunjung tinggi.
Selain itu, hal ini juga berpotensi menurunkan kredibilitas NU di mata masyarakat.
Ketika NU terlalu mudah dijadikan alat politik, kepercayaan publik terhadap NU bisa memudar.
Orang-orang akan melihat bahwa NU tidak lagi fokus pada misinya untuk membimbing umat dan menjadi teladan dalam kehidupan beragama, tetapi lebih pada kepentingan-kepentingan pragmatis.
Jika dibiarkan berlarut-larut, maka dampak jangka panjangnya bisa sangat merugikan, baik bagi NU maupun bagi kehidupan sosial-keagamaan di Indonesia.
NU yang Ikhlas dan Ideologis: Kembali pada Nilai Dasar
Kunci dari semua ini adalah bagaimana merancang ke-NU-an yang bersifat ikhlas dan ideologis.
Artinya, menjadi NU harus didasari pada keyakinan tulus terhadap nilai-nilai yang diajarkan dan diperjuangkan oleh NU.
Sebagai organisasi yang lahir dari akar tradisi keislaman Indonesia, NU harus tetap konsisten dalam mengedepankan ajaran yang moderat, berimbang, dan toleran.
Tidak ada ruang bagi politisasi nilai-nilai agama yang hanya bertujuan untuk memenangkan kekuasaan.
NU harus terus berupaya membina dan memperkuat kaderisasi di tingkat akar rumput, bukan hanya di lingkaran elite. Ke-NU-an yang tulus dan ideologis hanya dapat terwujud jika anggota-anggota NU, dari level paling bawah hingga tertinggi, benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran yang diwariskan oleh para pendiri organisasi ini.
Dengan demikian, NU akan tetap kokoh sebagai penjaga moral bangsa, bukan hanya saat ada pesta demokrasi, tetapi dalam setiap aspek kehidupan sosial dan keagamaan.