Pada tahun 1969, Prabowo bergabung dengan Akademi Militer (Akmil) Magelang untuk menyelesaikan pendidikan militer dan lulus pada tahun 1974.
Karir militer dimulainya dengan menjadi Komandan Pleton di Grup I Kopassus dan bertugas di Timor-Timor.
Pada tahun 1983, karir militernya semakin gemilang ketika dia dipromosikan menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus.
Beberapa tahun kemudian, Prabowo naik pangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus.
Sebagai Danjen Kopassus, kariernya semakin cemerlang setelah berhasil memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma, di mana 10 dari 12 peneliti yang disandera oleh organisasi Papua Merdeka (OPM) berhasil diselamatkan.
Pada tahun 1998, Prabowo mencapai puncak karirnya ketika dia ditunjuk sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), dengan memimpin sekitar 11.000 prajurit.
Prabowo memainkan peran penting dalam tubuh TNI AD ketika terjadi Reformasi 1998, di mana dia dipercaya untuk mengamankan Jakarta yang sedang dilanda kerusuhan politik karena aksi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa.
Setelah periode Reformasi, Prabowo diberhentikan dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Setelah menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira terkait beberapa kasus, Prabowo diberhentikan dari militer dengan pangkat Letnan Jenderal.
Setelah pensiun dari militer, Prabowo mulai terlibat dalam bisnis.
Dia memiliki berbagai perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada tahun 2004, Prabowo memulai karir politiknya dengan bergabung dengan Partai Golkar.
Meskipun mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada tahun 2004, dia kalah suara dari Wiranto.
Pada tahun 2008, setelah keluar dari Golkar, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Pada Pemilu 2009, Gerindra berhasil mendapatkan 26 kursi di DPR RI.