Sebab ibunya sejak awal tahun 1990-an, menjadi single parent dengan jadi pedagang dan tukang cicil pakaian di kerabat, sahabat, dan tetangganya di Jl Mappaouddang, Kecamatan Mamajang, selatan Kota Makassar.
Hingga sebelum pandemi, bisnis jualan pakaian itu masih dijalankan sang ibu dari rumah.
Kaimuddin Bausat, sang ayah, meninggal saat Rachmat Kaimuddin duduk di bangku kelas I SMP.
Rachmat Kaimuddin pun lalu bercerita tentang tantangan baru jabatannya setelah Bukalapak resmi melantai di bursa efek Indonesia, atau Initial Public Offering (IPO), awal Agustus 2021 lalu.
Alumnus SMA Taruna Nusantara ini menjelaskan hingga Juni 2021, perusahaan yang dia kelola sudah bermitra dengan 8,7 juta pelapak level UMKM di Indonesia.
Sejak IPO, Bukalapak tercatat sabagai perusahaan unicorn pertama di Indonesia yang melantai di bursa.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, saat IPO di BEI, mengatakan BUKA adalah perusahaan startup teknologi unicorn pertama yang tercatat di BEI.
Bahkan, kata Inarno Djajadi, belum pernah ada perusahaan yang mampu menghimpun dana sebesar BUKA.
“Dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham Indonesia,” kata Djajadi.
Bukalapak kini terus mendapat tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dari para investor, terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.