Pilgub Jatim

Survei Terbaru Pilgub Jatim: Risma Diuntungkan Duel Kader Nahdlatul Ulama Khofifah vs Luluk Hamidah

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khofifah Indar Parawansa, Luluk Nur Hamidah, dan Tri Rismaharini. Tiga calon gubernur Jawa Timur.

 TRIBUN-TIMUR.COM - Suara Nahdlatul Ulama (NU) dipastikan terpecah di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur.

Ada tiga kader NU bertarung di Pilgub Jatim.

Mereka Khofifah Indar Parawansa, Luluk Nur Hamidah, dan Zahrul Azhar Asumta.

Di antara tiga kader NU, hanya Zahrul Azhar Asumta, maju sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur.

Zahrul Azhar Asumta mendampingi Tri Rismaharini.

Baca juga: Strategi Luluk Kalahkan Khofifah dan Risma di Pilgub Jatim 2024, Tak Mau Disamakan Orang Lain

Sementara Khofifah Indar Parawansa dan Luluk Nur Hamidah sama-sama maju calon Gubernur.

Kondisi ini akan sedikit menguntungkan bagi Tri Rismaharini.

Suara Nahdlatul Ulama dipastikan terpecah di Pilgub Jatim.

Namun Khofifah diutungkan karena diusung koalisi gemuk.

Khofifah-Emil Dardak adalah diusung Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PPP, PSI, Perindo, dan terbaru PKS. 

Menantang Khofifah-Emil adalah paslon yang diusung PDIP yakni Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta.

Kemudian paslon terakhir yang terdaftar untuk Pilkada Jatim 2024 yakni Luluk Nur Hamidah - Lukmanul Khakim diusung PKB.

 Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN), Adib Miftahul mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi peran penting yang menjadi modal kuat Khofifah.

Pertama, dalam Pilkada masyarakat lebih dominan melihat figur. Kemudian baru partai politik.

Figur akan dilihat sejauh mana popularitas, elektabilitas, dan akseptabilitas atau penerimaan figur tersebut di masyarakat, dan sejauh mana calon sudah berbuat atau track record kinerjanya seperti apa. 

“Jika dilihat seperti ini, Khofifah lebih diunggulkan lantaran pengalaman lebih banyak dari Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah. Apalagi Khofifah juga matang secara organisasi.

Dia pernah menjadi anggota DPR, menteri dan gubernur. Yang paling mendekati saya kira Risma, itu pun hanya walikota dan menteri,” ungkap Adib yang juga Dosen Fisip Unis. 

Khusus bagi Khofifah, lanjut Adib, jika Khofifah bisa mengkonversikan figur yang dominan dengan mesin partai yang mendukungnya, maka peluang menang justru akan menjadi lebih besar. 

“Kalau pun harus head to head, maka Risma memang yang paling mendekati. Risma figur populer, tapi calon wakil gubernur yang tidak bisa mensupport suara basis elektoralnya.

Berbeda dengan Khofifah yang ditunjang dengan Emil Dardak, yang menyumbang suara signifikan terutama kalangan muda gen Z. 

Sementara Risma mungkin hanya didukung wilayah Arek karena pernah menjabat sebagai Walikota di Surabaya,” sambungnya. 

Kedua, masih kata Adib, banyak anggapan suara NU akan terpecah. Tetapi hal itu tidak secara signifikan.

Kembali lagi ke Pilkada, bahwa figur lebih dominan ketimbang partai. 

Dijelaskannya, PDIP dan PKB bisa mendapat suara besar di Pileg, tetapi nantinya akan berbeda dengan Pilkada.

Sebab, pada saat Pileg, Caleg berjuang dan mendapatkan suara, secara otomatis partai juga mendapatkan suara.

“Dan ini Pilkada, bukan Pileg. Justru saya memprediksi suara Pilpres kemarin akan linier dengan suara Pilkada.

Dengan didukung koalisi KIM, representasi Khofifah adalah Prabowo-Gibran. Sementara Khofifah juga didukung Muslimat yang bisa diandalkan,” tegsanya. 

Sebaliknya klaim Luluk yang menyebutkan suara utuh PKB, hal itu diragukan.

Identitas politik ke-NU-an dari masing-masing kandidat memang cukup kuat, tapi kalangan Nahdliyin juga pemilih rasional. 

 "Ketiga kandidat secara identitas politik ke-NU-an dari masing-masing cukup kuat, tetapi kalangan nahdliyin juga pemilih rasional. Apalagi Khofifah keuntungannya adalah petahana.

Dengan demikian keunggulan politik teknokratik yaitu bagaimana menghadirkan visi-misi serta program yang nyata dan realistis untuk masyarakat Jatim, Khofifah sudah membuktikan," imbuhnya.  

Oleh sebab itu, menurut Adib, ancaman Khofifah hanya pada Risma.

Survei Pilkada Jatim 2024

Indopol Survey & Consulting

Sebelum resmi mendaftar di Pilkada Jatim 2024, nama Risma sudah digadang-gadang menjadi penantang kuat Khofifah di Pilkada Jatim 2024.

Direktur Indopol Survey & Consulting Fauzin menganalisa, jika dilihat dari konfigurasi politik Jatim, memang sangat memungkinkan untuk munculnya calon penantang.

Apalagi, dua partai pemilik kursi besar di DPRD Jatim, PKB dan PDIP belum juga menentukan sikap.

PKB berstatus sebagai pemenang Pileg di DPRD Jatim dengan 27 kursi.

Adapun PDIP memiliki 21 kursi hasil Pemilu 2024.

"Kami berharap masyarakat diberikan opsi dalam demokrasi.

Banyak pilihan justru semakin baik," kata Fauzin saat berbincang dalam podcast Mata Lokal Memilih di Studio TribunJatim Network, Senin (8/7/2024).

Menurutnya, Pilkada Jatim 2024 memang selalu menarik, karena segala dinamika politik yang mengiringi kontestasi selalu jadi pusat perhatian nasional.

Sehingga, dengan pertarungan melawan kotak kosong maka hanya akan menjadi preseden buruk demokrasi lima tahunan di Jatim.

Dalam kacamata ini, parpol harus memberikan banyak opsi kepada masyarakat.

Fauzin menjelaskan, terkait Pilkada Jatim 2024, Indopol Survey & Consulting sudah beberapa kali menggelar jajak pendapat publik.

Setidaknya dua kali yakni pada kurun Maret 2023 dan Juli 2023.

Dari dua kali survei itu, Fauzin menjelaskan, nama Khofifah Indar Parawansa sebagai kandidat calon gubernur memang unggul.

Meski dengan jarak angka elektabilitas yang relatif jauh, pesaing terdekat Khofifah dalam survei tersebut adalah Risma yang merupakan Menteri Sosial dan mantan Wali Kota Surabaya dua periode.

Menurut Fauzin, hal itu wajar, sebab Risma belum melakukan gerakan politik.

"Sehingga, kalau ditanya siapa penantang terkuatnya, berdasarkan beberapa survei kami, Bu Risma menjadi salah satunya" terang Fauzin.

Di luar nama Risma, Fauzin juga menilai KH Marzuki Mustamar mantan Ketua PWNU Jatim yang layak untuk maju sebagai kandidat penantang, sebagaimana wacana yang belakangan dimunculkan oleh PKB.

Meski belum memotret elektabilitas Kiai Marzuki, namun Fauzin menyebut, kriteria ulama atau tokoh masyarakat cukup banyak dipilih oleh responden dalam berbagai survei sebelumnya.

"Sehingga, di antara banyak tokoh Kiai Marzuki layak diwacanakan," ungkapnya.

Litbang Kompas

Hasil survei Litbang Kompas periode Juni 2024, memotret bahwa elektabilitas mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berada di posisi pertama dengan 29,8 persen. 

Sedangkan elektabilitas Emil Elestianto Dardak sebesar 3,8 persen. 

Kemudian, strong voters (pemilih loyal) atau responden yang pasti akan memilih Khofifah jika dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Timur mencapai 31,6 persen.

Lalu, strong voters Emil Dardak 10,8 persen. 

Namun, peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu menyebut bahwa masih terbuka peluang bagi kandidat lain untuk maju dan menjadi penantang kuat bagi Khofifah-Emil Dardak pada Pilkada Jatim 2024.

Menurut Yohan, masih ada 51 persen responden yang belum menjawab atau menjawab tidak tahu saat ditanyakan perihal kandidat calon Gubernur Jawa Timur. 

"Dengan masih banyaknya responden yang belum menentukan pilihan, artinya masih terbuka luas bagi kandidat lain (selain Khofifah),” kata Yohan. 

Apabila merujuk hasil survei, Yohan mengatakan, kandidat terkuat penantang Khofifah adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini. 

Sebab, berada di posisi kedua dengan 13,6 persen.

"Kalau melihat dari elektabilitas yang kuat ada Risma di posisi kedua, yang paling memiliki pontensi,” ujarnya.

Selain itu, strong voters dari Risma juga berada di posisi kedua dengan 19,8 persen. 

Meski responden yang belum menjawab atau menjawab tidak tahu saat ditanya apakah akan memilih politikus PDIP tersebut cukup tinggi yakni 31 persen. 

Kemudian, swing voters (pemilih bimbang) atau responden yang menjawab akan mempertimbangkan memilih dari Khofifah, Risma, dan Emil Dardak masih tinggi, yakni di atas 40 persen. 

Namun, Yohan juga mengingatkan bahwa elektabilitas tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya faktor penentu. 

Sebab, masih banyak faktor lainnya yang menentukan terkait pengusungan calon kepala daerah. 

“Tetapi tentu ada banyak variabel lain, seperti dukungan partai politik (parpol),” katanya.

Untuk diketahui, survei Litbang Kompas dilakukan pada 20-25 Juni 2024, dengan melibatkan sebanyak 500 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Jawa Timur.

Margin of error survei lebih kurang 4,38 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana, dengan tingkat kepercayaan 95 persen. 

Survei yang dilakukan melalui wawancara tatap muka ini didanai sepenuhnya oleh Harian Kompas.



Berita Terkini