Ketika sampai, belum menyampaikan, "Pram, kamu masih mengakui saya sebagai Ketua Umum-mu nggak?" Masih Mbak, saya kan sama Mbak sudah 27 tahun. Saya memang 27 tahun.
"Kamu saya tugaskan untuk menjadi calon gubernur DKI." Saya bilang nggak mau. Mbak jangan bercanda dong Mbak. Benar-benar saya nggak mau. Saya sangat hormat banget sama Ibu. Tapi saya bilang, saya tidak pernah mikir pun nggak.
Maka kalau kemudian orang mengatakan di survei nggak ada, memang nggak ada.
Karena saya memang sudah hampir 7-8 tahun, saya nggak pernah mau muncul di ruang publik.
Karena saya yang mengerjakan dapurnya Presiden.
Sebagai orang yang bertanggung jawab mengurusi dapur itu, tentunya harus konsentrasi. Dan itulah yang saya lakukan untuk itu.
(T): Dan setelah itu Anda melapor ke Pak Jokowi?
(J): Tentunya pertama saya minta izin ke istri. Kedua, bagian dari profesionalisme saya, etika bekerja, dan dalam pemerintahan saya minta izin Presiden.
Karena betul yang mengangkat saya sebagai pembantu Presiden adalah Presiden.
Saya minta izin beliau. Beliau tertawa terbahak-bahak yang sudah saya sampaikan.
Karena memang beliau beranggapan bahwa yang amanah yang sudah diputuskan Ibu, itu seyogianya saya jalani.
Kepada Pak Jokowi pun saya mengatakan enggak gitu. Di hari Senin, kemudian di hari Selasa pagi.
Dan menjadi iya itu, terus terang baru hari Selasa jam setengah 8 malam.
(T): Waktu ngobrol dengan Pak Jokowi, Anda diminta untuk konsentrasi ke Cagub dan meninggalkan Kabinet?
(J): Saya profesional. Tentunya menjalankan tugas yang amanah yang sudah saya terima, termasuk menjadi calon gubernur ini.