TRIBUN-TIMUR.COM - Proses pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih punya banyak cerita.
Seperti dialami petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Lutfiah Adelia pantarlih asal Kecamatan Amali, Desa Larompong punya cerita menarik saat melaksanakan tugasnya.
Coklit data pemilih bukan hal baru bagi Lutfiah Adelia.
Ia sudah dua kali jadi pantarlih.
Menjadi petugas pantarlih memang merupakan impiannya.
"Waktu pileg itu sudah jadi Pantarlih dan ini pemilihan kepala daerah Alhamdulillah diterima lagi menjadi pantarlih," ujarnya, Rabu (10/7/2024).
Ia juga bercerita soal tantangannya mencatat dan mencocokkan data pemilih.
Baca juga: Demi Coklit, Pantarlih Bonto-Bonto Illa Tak Gentar Hadapi Medan Terjal dan Licin untuk 400 Pemilih
"Kan di Kecamatan Amali itu kebanyakan warga pelihara anjing. Dan pada saat kami datang ke rumahnya kadang itu anjingnya mengejar," ungkapnya.
Yang tak kalah seru, demi menyukseskan Pilkada 2024, ia rela menempuh peralanan 47,8 km setiap harinya.
Maklum, Lutfiah saat ini sedang kuliah.
Sehingga ia harus bolak-balik Amali-Bone.
"Kan saya juga masih kuliah UNIM Bone semester IV jadi saya PP Amali-Bone untuk menyukseskan Pilkada," ujarnya.
Ia mengaku harus pintar-pintar membagi waktu antara kerja dan kuliah.
"Misalnya kalau Senin sampai Jumat saya masuk kuliah itu sampai jam 2 siang, lepas kuliah saya pulang dan jam 3 sore sampai jam 5 itu saya melakukan pencoklitan," ujarnya.
Sementara di akhir pekan, Sabtu-Minggu ia kebetulan tidak kuliah.
Sehingga seharian ia datangi rumah warga.
"Dari pagi sampai sore, kalau dibilang capek, pastinya capek tapi dinikmati saja sambil cari pengalaman," tandasnya.
Kesulitan Pantarlih saat Coklit
Progres coklit KPU Bone kini mencapai 95 persen.
Komisioner KPU Bone, Abdul Asis mengatakan terdapat empat kategori yang masuk dalam radar coklit Petugas Pemutakhiran Data Pemilih atau Pantarlih.
"Pertama kategori pemilih sesuai, kedua kategori pemilih tersaring, ketiga pemilih ubah yang diperbaiki datanya, kemudian terakhir adalah pemilih baru," katanya.
Ia mengungkapkan, pemilih baru kemudian dibagi lagi menjadi dua kategori.
Pemilih baru yang sebelumnya tidak terdaftar dalam Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4) yang diturunkan KPU RI.
"Kemudian pemilih baru masuk TPS karena di Tidak Memenuhi Syarat (TMS) dengan kode 8 dari TPS lain," ujarnya.
Azis mengaku terdapat sejumlah kesulitan ditemukan Pantarlih saat coklit di lapangan.
Baca juga: Nurwahida Petugas Pantarlih Gigih Lintasi Gunung-Hutan Demi Coklit Data Pemilih di Bungaya Gowa
"Tingkat kesulitan Pantarlih ada beberapa karena kondisi geografis. Terutama yang memiliki akses jauh dari Kota misalnya Kecamatan Tellu Limpoe (Desa Sadar)," ujarnya.
Kemudian kendala kedua terkait adanya data pemilih yang tercantum dalam DP4 itu sulit ditemui.
"Dan tidak dikenal sama sekali oleh pemerintah setempat," tambahnya.
Meski demikian, para petugas pantarlih tidak putus semangat untuk mencocokkan data demi menyukseskan pilkada November mendatang.
"Jadi teman-teman yang di wilayah blank spot, setelah melakukan pencoklitan manual, teman-teman berusaha untuk menjangkau titik yang bisa mengakses jaringan," tuturnya.(*)