Hasil koordinasi sementara dirinya dengan Satgas, lanjut Prof Sukri, masih menunggu rekomendasi.
"Sebenarnya posisi kita saat ini menunggu rekomendasi hasil konfirmasi klarifikasi Satgas bagaimana yang ada," ungkapnya.
Adapun dugaan pelecehan itu dialami empat mahasiswi saat mereka mengurus perkuliahan di ruangan si oknum Kadep.
Untuk mencegah aksi serupa terulang, Prof Sukri mengaku, pihaknya telah melakukan upaya preventif atau pencegahan.
"Untuk preventif, kami sudah meminta kepada Kepala Departemen (Kadep), seluruh proses tetap dilakukan dengan tidak harus melewati kadep," jelas Prof Sukri.
"Saya sebagai dekan juga meminta itu tidak harus melalui kadep. Bisa langsung ke dekan begitu. Ini yang kami lakukan," tuturnya.
Pelecehan Terjadi karena Relasi Kuasa
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual di lembaga pendidikan masih kerap terjadi.
Tempat yang seharusnya menjadi wadah membentuk adab justru masih dikelilingi orang-orang biadab.
Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM) Widyastuti mengatakan, pelecehan di lembaga pendidikan memang masih sering ditemui.
Baca juga: Skandal Pelecehan Seksual di Kampus Diungkap Polisi, Oknum Rektor Langsung Dinonaktifkan
Biasanya, pelecehan dilakoni oleh orang-orang yang punya kuasa. Relasi kuasa yang dimiliki pelaku menjadi senjata untuk melemahkan korban.
"Biasanya pelecehan terjadi karena faktor relasi kuasa, dalam hal ini pelaku dalam tanda kutip berkuasa atau menguasai korbannya," ucapnya dihubungi Tribun Timur, Rabu (26/6/2024).
"Dia sebagai figur yang otoritas terhadap korbannya. Sementara disisi lain si korban tidak berdaya karena faktor banyak hal," sambungnya.
Ketakutan yang menghantui korban menjadi benteng besar untuk menghindari pelecehan.
Korban sering kali membayangkan efek buruk jika melakukan penolakan atau perlawanan.