Menurut dia, sejak pertengahan November 2016, enam kali survei oleh enam lembaga menunjukkan hasil yang konsisten bahwa Anies selalu di nomor buncit
Ardian menjelaskan, Anies bukan hanya tetap nomor buncit, tetapi selisih dukungannya dibandingkan pasangan calon lainnya makin jauh. Ia memperhitungkan selisih Anies sudah berada dalam posisi double digit mencapai 10 persen.
Anies-Sandi berada di angka 21,4 persen, jauh di bawah pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebesar 32,6 persen dan pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni sebesar 36,7 persen.
Selain ketertinggalan Anies-Sandi, survey ini menunjukkan pasangan Agus-Sylvi unggul dibandingan pasangan Basuki-Djarot.
Sementara itu, kata Ardian, di antara angka-angka itu ada yang belum menentukan pilihan sebanyak 9,3 persen.
“Seandainya pun seluruh suara yang belum menentukan pilihan diambil Anies, ia masih tak bisa mengejar ketertinggalannya dari Ahok dan Agus,” ujarnya.
Survei LSI ini diambil berdasarkan tatap muka dengan 880 responden dengan metode multistage random sampling.
Margin of error survei ini berada pada angka 3,4 persen.
“Survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset,” kata Ardian.
Namun hasilnya rekapitulasi KPU menyebut Anies-Sandi memperoleh 39,95 persen, Ahok-Djarot 42,99 persen dan Agus-Sylvi 17,06 persen.
Pada putaran kedua Pilgub DKI Jakarta Anies dan Sandi menang dengan angka 57,96 persen dan Ahok Djarot 42,04 persen.