TRIBUN-TIMUR.COM, TAKALAR - Puskesmas Sanrobone, Takalar, menuai sorotan pasca meninggalnya salah satu pasien ibu hamil yang meninggal diduga karna lambat mendapatkan penanganan.
Shelly Agustina Bahar, perempuan usia 25 tahun, tiba-tiba pingsan sekitar pukul 03.00 dini hari di rumahnya, Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Selasa (19/8/2025).
"Keluar busa dari mulut dan hidung," ucap ibunda Shelly, Herningsyah (45), saat ditemui Tribun-Timur, Kamis (21/8/2025).
Melihat kondisi anaknya yang gawat, Herningsyah langsung lari ke Puskesmas Sanrobone yang jaraknya hanya sekitar 50 meter.
Sampai di Puskesmas, Herningsyah langsung meminta bantuan mobil ambulance kepada perawat yang sedang piket jaga.
Namun permintaan Herningsyah tidak terpenuhi.
"Katanya tidak ada supir," ucap Herningsyah dengan raut kesal.
Baca juga: Rp17 Miliar Dana Desa Takalar Belum Cair, Ini Penyebabnya
Dengan perasaan panik, Herningsyah sempat keluar kantor Puskesmas lalu masuk lagi memastikan, apakah diberikan mobil atau tidak.
"Saya masuk lagi tapi tidak ada jawaban," ucapnya.
Herningsyah kemudian pulang ke rumahnya dan memutuskan membawa anaknya dengan kendaraan pickup milik tetangga ke RSUD Padjonga Daeng Ngalle.
Sampai di RSUD Padjonga, Shelly langsung dibawa dan dirawat di Ruang Persalinan.
"Kata salah satu perawat, ini hipertensi," ucapnya.
Namun, tak lama dirawat, Shelly menghembuskan nafas terakhir.
Shelly hamil 8 bulan hasil pernikahannya dengan Niswar (29). Keduanya menikah pada September 2024.
Shelly bekerja sebagai Anggota Satpol PP Takalar. Herningsyah mengungkap Shelly masih aktif menjalankan tugas saat hamil.
Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Sanrobone, dokter Suntari menyampaikan permohonan maaf atas kejadian ini.
Dia menegaskan akan melakukan audit internal terkait masalah ini.
"Kami terus berusaha memperbaiki pelayanan untuk masyarakat sanrobone," ucapnya.(*)