Khazanah Islam

Apakah Bercerai Menutup Pintu Rezeki? Quraish Shihab: Optimis, Ada yang Menanti di Masa Depan

Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Muhammad Quraish Shihab

TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam Islam, hubungan antara suami dan istri dianggap sebagai ikatan sakral yang diatur oleh norma-norma agama dan etika.

Dalam hubungan suami istri, Islam menekankan pentingnya keseimbangan dan keadilan antara suami dan istri.

Kedua belah pihak diharapkan saling menghormati hak dan tanggung jawab masing-masing.

Selain itu, Islam mendorong pasangan untuk hidup dalam kebersamaan dan saling bekerja sama untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

Keputusan besar sebaiknya diambil secara bersama-sama.

Baca juga: Petuah Quraish Shihab untuk Para Jomblo: Selain Usaha Doa Jodoh Itu Dicari, Bukan Menunggu

Lantas bagaimana ketika pasangan suami istri memutuskan untuk berpisah?

Cendekiawan Muslim Indonesia, Profesor Quraish Shihab, mentakan bahwa jodoh merupakan bagian dari rezeki yang harus dicari dan dijemput melalui mekanisme yang sesuai dengan syariat.

"Jodoh itu rezeki. Jemputlah jodoh dengan cara yang diperbolehkan agama. Cari simpati, berpenampilan baik, berilmu tinggi, agar orang senang dengan Anda," jelaskan Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an itu.

Dalam kesempatan tersebut, Profesor Quraish Shihab juga dihadapkan pada pertanyaan unik mengenai pasangan yang berpisah setelah menjalin hubungan serius, bercerai.

Baca juga: WOW, Perceraian di Bulukumba Tembus 772 Kasus, Penyebabnya dari Poligami hingga Judi Online

Apakah itu menandakan terputusnya rezeki?

Profesor Quraish Shihab menanggapi dengan ringan.

Meskipun putusnya hubungan tersebut bisa menandakan terputusnya rezeki dengan orang tersebut, namun ia menegaskan untuk tetap bersemangat dan optimis akan mendapatkan yang lebih baik di masa depan.

"Meskipun rezeki dengan orang itu terputus, namun masih ada yang lebih baik di luar sana," ujar doktor lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Profesor Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa rezeki pada dasarnya adalah sesuatu yang bermanfaat.

Dalam konteks sakit, ia menegaskan bahwa sakit bukanlah bagian dari kategori rezeki, meskipun dampaknya bisa membawa manfaat jika dijalani dengan kesabaran dan pembelajaran.

Halaman
12

Berita Terkini