Indra Keberagamaan (5)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Saya ingin mengurai sosok yang menurutku sangat fenomenal, guru saya dan guru bagi banyak orang, Prof Dr Ahmad Thib Raya MA.
Siapa yang tidak mengenal Prof Thib Raya khususnya yang berlatar belakang pendidikan tinggi keagamaan dengan jumlah murid yang sudah menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Tapi merangkai sisi hidup Prof Thib Raya dari sisi ini menjadi sangat menarik, mengandung keseruan dan keharuan sekaligus.
Ceritanya bermula dari acara yang pernah saya ikuti di sebuah hotel di Jakarta.
Saya dichat oleh Prof Dr Mardan MAg (Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Alauddin) yang juga mengikuti acara itu, bahwa sekarang ada dua guru kita, sedang sarapan pagi di Restoran Hotel; Prof Dr KH Nasaruddin Umar dan Prof Dr KH Ahmad Thib Raya.
Saya bergegas turun namun Anregurutta Prof Dr KH Nasaruddin Umar sudah pergi.
Saya hanya mendapati Anregurutta Prof Thib Raya dan duduklah kami bersama dengan beberapa kolega sambil bercengkrama.
Tiba-tiba Prof Mardan membawa koleganya, Prof Fauzi (Wakil Rektor Bidang Akademik IAIN Purwokerto), yang menderita sakit gigi.
Semua yang duduk di meja makan tertawa karena semua tahu bahwa Pak Prof Thib Raya bisa menyembuhkan orang sakit gigi hanya dengan berdialog beberapa saat.
Sambil menyimak pengalaman beliau dalam kaitan dengan interaksi dengan orang yang sakit gigi mulai dari orang biasa sampai para pesohor kaum rasional, dengan segala keseruan dan kelucuan, beliau sesekali menanyakan kepada Prof Fauzi, apakah sakit giginya sudah membaik. Prof Fauzi menjawab bahwa masih ada.
Pak Prof Thib Raya lanjut bercerita menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses mendapatkan kemampuan menyembuhkan orang yang sakit gigi tanpa menyentuh atau memberikan apa-apa kepada si penderita.
Tiba-tiba Prof Fauzi mengatakan kalau sakit giginya sudah mulai membaik.