Sejumlah hal menarik Prof Tandi torehkan dibukunya, tetapi diantaranya yang secara berulang diungkapkan, bagaimana kearifan lokal selalu menjadi panduan hidupnya.
Saya anggap hal ini sebagai hal yang cukup langka, bahwa seorang yang bergelar PhD dari Australia masih mau mengacu pada kearifan lokal.
Memang Prof Tandi patut diacungi jempol sebagai sosiolog berpendidikan di luar negeri, tetapi masih mengedepankan kearifan lokal.
Saya ingin mengatakan bahwa Prof Tandi adalah Toraja Tulen yang memiliki kekayaan budaya dan adat istiadat yang senantiasa dipegang teguh.
Semua hal diatas saya percaya tidak pernah luntur dari sosok Prof Tandi. Kekaguman saya karena saya paham betul betapa Prof Tandi yang hobby membaca ini, tidak pernah memilih subtansi bacaan.
Secara pribadi saya berhutang banyak buku pada Prof Tandi, yang bahkan sangat memperhatikan apa yang sepatutnya saya baca.
Belum lagi hal-hal lain, timbunan hutang saya cukup menggunung. Karena itu saya merasa patut dipahami bila memiliki rasa kehilangan besar dengan kepergian Prof Tandi.
Saya merasa benar-benar telah diperlakukan sebagai saudara sendiri sepanjang pergaulan saya dengan Prof Tandi.
Prof Tandi telah sangat berperan untuk memperluas pergaulan dan pengalaman saya, karena itu juga saya merasa berhutang budi.
Meskipun saya tidak berpretensi bahwa hanya pada saya hal seperti itu dilakukan oleh Prof Tandi.
Saat menyebarkan berita duka kepergiannya, betapa banyak individu yang meresponse dengan testimony tentang betapa baik dan luhur pribadi Prof Tandi.
Sebuah sosok dan pribadi yang diakui kecerdasan intelektualnya. Seorang intelektual yang tidak hanya fasih, tetapi juga cermat menerapkan pemahaman dan pengetahuannya dalam realitas kehidupan.
Prof Tandi telah membuktikan dirinya sebagai seorang tokoh di daerah ini, yang telah membawa membawa kepentingan bangsa dan Negara melalui karir diplomatik yang pernah diembannya.
Terkait hal ini, Alm Prof Radi A Gany sering mengguyoninya dengan mengatakan koq mau ya, setelah menjadi pejabat Negara (sebagai Bupati Tator) lalu menerima jabatan eselon III sebagai Atase Pendidikan.
Tetapi dengan enteng saja Prof Tandi menjawab, memangnya eselon itu dimakan ?