Mubes IKA Unhas

IKA Unhas dan Lima Hukum Kedunguan

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sawedi Muhammad, Sosiolog Unhas

Tidak dintentukan dimana orang itu berada; apakah di lingkaran kekuasaan, di kuil terpencil, di pedesaan atau di kota yang hiruk-pikuk. Orang dungu itu bisa jadi diri kita sendiri.

Manusia pada dasarnya berurusan dengan hal yang sama; berhadapan dengan orang-orang dungu.

Pandangan pesimistik ini menegaskan bahwa manusia ditakdirkan untuk berurusan dengan kedunguan.

Tidak ada solusi untuk menghindarinya. Manusia harus menerima kenyatan ini dan menghadapinya seumur hidupnya.

Ketiga, orang dungu adalah mereka yang melakukan tindakan yang merugikan orang lain sementara ia tidak mendapatkan keuntungan bahkan dirugikan oleh tindakannya sendiri.

Cipolla menganggap bahwa kebodohan bukan masalah IQ, melainkan kurangnya keterampilan relasional. Orang seperti ini menurut Cipolla adalah mereka yang masuk kategori orang-orang dungu.

Untuk memahami bagaimana relasional seseorang dianggap membantu atau merugikan orang lain atau masyarakat, Cipolla menambahkan tiga tipologi perilaku manusia.

Maka, jika dibuat diagram dengan sumbu horizontal (keuntungan pribadi) dan sumbu vertikal (keuntungan orang lain), maka akan didapat empat Tipologi: cerdas (win-win), helpless (lose-win), bandit (win-lose), dan dungu (lose-lose).

Perilaku orang cerdas adalah menguntungkan dirinya dan menguntungkan orang lain. Perilaku orang helpless adalah merugikan dirinya dan menguntungkan orang lain.

Perilaku bandit adalah menguntungkan dirinya dan merugikan orang lain. Sementara perilaku orang dungu, tindakannya merugikan dirinya dan merugikan orang lain.

Intinya, orang-orang dungu adalah tipologi yang paling berbahaya. Perilakunya tidak dapat diprediksi. Ia dapat menyerang orang lain kapan dan dimana saja tanpa mendapat keuntungan apapun.

Hukum keempat, mereka yang tidak dungu menganggap remeh pengaruh dan dampak yang ditimbulkan oleh orang dungu. Cipolla menambahkan bahwa orang dungu sangat berbahaya karena mereka yang berakal sulit membayangkan dan memahami perilaku orang dungu.

Dalam perspektif ini, serangan orang dungu akan selalu mengejutkan orang cerdas. Hal ini membuatnya semakin sulit melakukan pembelaan yang masuk akal.

Dengan meremehkan kekuatan orang dungu, mereka yang cerdas sangat rentan dan selalu berada di bawah belas kasihan orang dungu.

Kelima, orang dungu adalah tipe orang yang paling berbahaya. Mereka lebih berbahaya dari para bandit. Faktanya, akal sehat memberi tahu kita bahwa orang-orang cerdas – betapapun sangat bermusuhan – perilaku mereka dapat diprediksi.

Halaman
1234

Berita Terkini