Saat menghadapi sakaratul maut, istrinya menangis di sisinya.
Ia menimpali istrinya, "Apa yang kau tangiskan, padahal maut itu pasti datang?"
Istrinya menjawab, "Karena engkau akan meninggal, padahal kita tidak mempunyai kain kafan untukmu!"
"Janganlah menangis istriku," kata Abu Dzar, "
Pada suatu hari, ketika aku berada di majelis Rasulullah bersama beberapa sahabat, aku mendengar beliau bersabda, 'Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan meninggal di padang pasir liar, dan disaksikan oleh serombongan orang beriman.'
Semua yang ada di majelis itu sudah meninggal di kampung, di hadapan kaum Muslimin.
Tak ada lagi yang masih hidup selain aku. Inilah aku sekarang, menghadapi sakaratul maut di padang pasir.
Maka perhatikanlah jalan itu, siapa tahu kalau rombongan orang-orang beriman itu sudah datang.
"Demi Allah, aku tidak bohong, dan tidak juga dibohongi!"
Dan benarlah, ada rombongan kaum Muslimin yang lewat yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud.
Sebelum sampai ke tujuan, Ibnu Mas'ud melihat sosok tubuh terbujur kaku, sedang di sisinya terdapat seorang wanita tua dan seorang anak kecil, kedua-duanya menangis.
Ketika pandangan Ibnu Mas'ud jatuh ke mayat tersebut, tampaklah Abu Dzar Al-Ghifari.
Air matanya mengucur deras. Di hadapan jenazah itu, Ibnu Mas'ud yang baru pulang dari perjalanan di Persia berkata, "Benarlah ucapan Rasulullah, anda berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan kembali seorang diri!"
Ruhnya pun kembali ke hadirat Ilahi di tahun 652 Masehi, sekitar 30 tahun setaelah wafatnya Nabi.
Dan usia Abu Dzar saat itu konon sudah uzur, lebih 80 tahun.
Dan tahukah, Anda berapa bulan 80 tahun itu?
Itu adalah Lebih Mulia dari 1000 bulan.
Wallahu A'lam bishawab. (*)
Mannuruki, 20 Ramadan 1442 H/ 1 Mei 2021