TRIBUN-TIMUR.COM - Usia Ezatullah (22) baru menginjak usia 16 tahun ketika perang saudara berlangsung di Afganistan.
Tak ada pilihan lain, ia memilih untuk berlari menyelamatkan diri daripada harus terus berhadapan dengan desingan peluru.
• Permudah Deportasi, Rudenim Makassar Pindahkan Eks Narapidana Asal Papua Nugini ke Rudenim Jayapura
• 52 Pegawai Rudenim Makassar Dites Urine oleh BNN Sulsel, Ternyata Bagian dari P4GN, Kegiatan Apakah?
Berbekal uang seadanya, Ezatullah bersama beberapa orang Afganistan lainnya menaiki kapal kayu menuju India, Malaysia dan masuk Indonesia melalui "jalan tikus" di Pekanbaru, Provinsi Riau.
Tak ada identitas apapun yang Ezatullah bawa, ia mengklaim dirinya sebagai pencari suaka.
Selanjutnya dilakukan proses Assesment oleh pihak UNHCR dan Ezatullah akhirnya resmi menyandang status pengungsi.
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) adalah badan yang ditujukan untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pengungsi
"Saat itu Saya hanya ingin pergi ke tempat yang aman, tidak peduli dimana," kenang Ezatullah yang telah 6 tahun menetap di Makassar.
Ezatullah menghabiskan waktu selama di Makassar dengan berlatih Muaythai.
• Diawasi Rudenim Makassar, 7 Pengungsi Afganistan, Pakistan, Myanmar Pindah Akomodasi, Ini Alasannya?
• Bakal Dideportasi, 3 WNA China Dijemput dari Rudenim Makassar ke Kantor Imigrasi, Begini Prosesnya?
"Saya bosan juga di sini, tidak bisa bekerja, tidak boleh naik motor," ujarnya.
Karena bosan menunggu status suaka yang tak kunjung jelas, Ezatullah pun memutuskan pulang ke negara asalnya, Selasa (29/9/2020).
Dalam keimigrasian dikenal dengan istilah Assisted Voluntary Return / AVR.
Menanggapi hal tersebut Kepala Rudenim Makassar, Togol Situmorang menjelaskan bahwa memang ada beberapa larangan bagi pengungsi saat mereka di Indonesia.
Seperti tidak boleh bekerja untuk menghasilkan uang dan tidak boleh berkendara karena tak memiliki Surat Izin Mengemudi.
"Kami mendukung proses pemulangan kembali atau AVR bagi para pengungsi," ujar Togol dalam rilis ke tribun-timur.com.
"Saya akui mereka pasti jenuh lama di sini, dan AVR adalah salah satu solusi alternatif bagi pengungsi juga bagi pemerintah," tambahnya.