TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), M Ramli Rahim mengungkapkan, ada beberapa kelompok masyarakat meminta maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maros 2019.
"Dan kita tak boleh mengabaikan. Kita harus ukur, tak bisa baku lappo-lappo (omong kosong) saja," kata
Selanjutnya, Ramli akan menurunkan riset untuk mengukur peluang dan hambatannya maju Pilkada. Awal Agustus 2019, Ramli sudah tahu peluangnya.
Baca: Utamakan Kader PAN, Kahfi Juga Restui Pasangan Ilham Nadjamuddin-Zainal Dalle di Pilkada Maros 2020
Baca: Bawa Sabu, Pemuda Maros Ini Dibekuk Polisi di SPBU Ballu-ballu
Baca: Aktivitas Tambang Ilegal di Maros Bebas Beroperasi,Siapa Bekingi?
"Saya tak sama dengan yang lain maju, kita akan turunkan riset, sejauh mana peluang dan hambatan kita dimana untuk maju di Maros. Kalau tidak pakai riset? Percuma. Kita maju atau tidak? Tergantung riset," katanya.
Hal ini dia lakukan untuk merespon dukungan masyarakat Maros dengan memasang 200 lebih baliho.
"Apakah potensi atau tidak? mereka yang sudah jalan ini (sosialisasi), maka kita tak bisa kecewakan. Kalau ada hasil riset? Bisa diliat dukungan," katanya.
Menurutnya, sudah ada aspirasi muncul sejak awal tahun 2019.
"Dari Laporan teman-teman sudah ada di 9 kecamatan. Responnya adalah riset, hasil riset harus 01 (calon bupati) maka kita maju karena Maros ini tak ada akselerasi pembangunan manusia, Hatta cuman kerja jalan. Pembangunan manusia di Maros kurang jalan, masih guru honorer digaji Rp 50 ribu," katanya.
Selain itu, ia menganggap sektor kesehatan sangat bermasalah di Maros.
"Apa yang saya lakukan di IGI. Ini adalah akselerasi. Dua tahun bergerak, seluruh guru Indonesia bergerak," katanya.
Selama ini, ia melihat program kerja pemerintah tak mampu membuat gerakan.
"Kalau kita punya Rp 100 juta, tapi hasilnya program tetap Rp 100 juta maka itu program. Kalau gerakan, kita punya uang Rp 100 tapi nilai out come-nya mencapai Rp 1 miliar. Kalau hanya mengandalkan APBD maka itu tak bisa berakselerasi," katanya.
Ia pun mencontohkan, pemimpin bakal mengubah gaya kepemimpinan level bawah dan masyarakat.
"Seperti Jakarta, kan berubah sekali. Dulu kepala sekolah suka marah tapi sekarang suka senyum karena pemimpinnya, Anis Baswedan suka senyum," katanya. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
Follow akun instagram Tribun Timur:
A