"Waktu di Merauke, cuacanya agak normal, dan masyarakatnya juga sudah cukup bagus diajak berbaur. Sekarang di Puncak Jaya ini masyarakatnya masih agak pedalaman, dan cukup beresiko karena kita akan bertempur dan cauaca disana juga dingin dan medannya juga agak berat," ujar Hamka.
Namun, demi menjalankan tugas negara yang diemban, pria berusia 28 tahun ini tetap optimis dapat menjalankan tugas dengan lancar dan selamat.
Selain beratnya medsn tugas dan resiko ancaman Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), para prajurit juga harus rela selama sembilan bulan tidak berkomunikasi dengan sanak keluarga.
Pasalnya, akses jaringan telekomunikasi di kawasan Puncak Jaya kata Hamka, sangat sulit diperoleh.
"Jangankan video call, disana (Puncak Jaya) menurut senior yang perna kesana, jaringan telpon seluler saja susah, bahkan tidak ada," terang Hamka.
Untuk mengobati kerinduan dengan istri dan putri pertamanya, Hamka mengaku hanya membawa foto-foto bergambar istri, anak dan sanak keluarga lainnya.
"Jadi kalau dibilang rindu, ya... kita lihat-lihat fotonya saja istri sama anak di dompet dan di hape. Ada ratusan sampai ribuan ini foto-fotonya istriku sama anakku saya bawa. Karena mauki menelpon juga tidak bisa," tuturnya.
Selain misi tempur, Hamka dan 449 prajurit lainnya juga membawa misi untuk mengedukasi atau memberi pendidikan bagi masyarakat di kawasan Puncak Jaya.
Dalam materi pendidikan itu, jiwa nasionalisme dan Ideologi Pancasila akan menjadi materi pokok untuk kembali menumbuhka rasa cinta NKRI bagi masyarakat kawasan Puncak Jaya.(tribun-timur.com).
Laporan wartawan tribun-timur.com, Muslimin Emba
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
A