Tinggalkan Keluarga 9 Bulan, Begini Cara Prajurit Yonif 721 Makkasau Obati Kerinduan

Penulis: Muslimin Emba
Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prajurit Yonif 721 Makkasau, Praka Hamka saat berpamitan dengan istri dan anaknya di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, menuju Puncak Jaya Papua, Rabu (3/7/2019) siang.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Suasana haru mewarnai pemberangkatan 450 prajurit Yonif 721 Makkasau ke perbatasan Republik Indonesia-Papua Nugini, Rabu (3/7/20119) siang.

Upacara pemberangkatan yang berlansung di pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar itu, dipimpin Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Surawahadi dan dihadiri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.

Seusai seremoni upacara, ratusan keluarga dan kerabat prajurit pun berkumpul di dekat KRI Tanjung Kambani-971 (kapal pengankut prajurit).

Baca: Berangkatkan 450 Prajurit ke Papua, Ini Harapan Pangdam Hasanuddin dan Gubernur Sulsel

Baca: INILAH Permintaan Terakhir Mantri Patra Sebelum Meninggal di Pedalaman Papua, Cek Kisahnya

Baca: Kapolda Sulsel Sambut 100 BKO Anggota Brimob dari Jakarta

Isak tangis pun pecah saat para prajurit diarahkan untuk melakukan persiapan menaiki kapal.

Sambil menggendong tas ransel dan menyelempang senjata laras panjang, para prajurit pun berpamitan ke keluarga masing-masing.

Ada yang tampak haru, ada pula yang terlihat meneteskan air mata lantaran harus berpisah dengan keluarga tercinta selama 9 bulan lamanya.

Seperti yang dirasakan personel Yonif 721 Praka Hamka. Prajurit asal Kabupaten Gowa itu tak kuasa menahan haru berpelukan dengan istri tercinta Mutiara dan putri pertamanya yang baru berumur satu tahun, Nur Reski Ramadani.

Seolah tak kuasa membayangkan meninggalkan istri dan anak selama sembilan bulan, Hamka terlihat beberapa kali memeluk dan mencium kening istrinya, begitupun ke sang putri pertamanya.

"Sedih, pisah sama istri dan anak selama 10 bulan," kata Praka Hamka saat dihampiri.

Sementara sang istri, Mutiara tak mampu berucap apa-apa selain nada isak tangis dan air mata yang berkucur di pipihnya.

Menurut Hamka, pemberangkatan ke medan tugas tanah Papua bukan kali pertama ia alami selama dinas di TNI Angkatan Darat 2010 silam.

Ia mengaku, saat baru dua tahun berseragam TNI, juga pernah ditugaskan ke Merauke pada tahun 2012-2013.

"Waktu masih remaja saya juga pernah ditugaskan ke Merauke pada tahun 2012-2013. Sekarang kita ditugaskan lagi ke Puncak Jaya," kata Hamka.

Meski seolah tak asing lagi dengan Bumi Cendrawasih (julukan tanah Papua), tugas yang diemban kali ini kata Hamka lebih beresiko.

Selain, medan yang berat dan ancaman Kelompok Kriminal Bersenjata, cuaca di kawasan Puncak Jaya juga cenderu tidak normal.

Halaman
12

Berita Terkini