53 Tahun Supersemar,Perintah Soekarno yang Disalahartikan Soeharto,Kesaksiannya 'Saya Bukan Komunis'

Editor: Waode Nurmin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

53 Tahun Supersemar,Perintah Soekarno yang Disalahartikan Soeharto,Kesaksiannya 'Saya Bukan Komunis'

Pasukan yang dikerahkan Kemal itu tidak mengenakan identitas.

Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur melaporkan kepada Soekarno bahwa Istana dikepung "pasukan tidak dikenal".

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :

Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:

Pasukan Cakrabirawa pengawal Presiden Soekarno (Istimewa)

Baca: Misteri Supersemar, Mantan Ajudan Soekarno Blak-blakan: Bung Karno Dikibuli Soeharto

Baca: Keluarga Jenderal M Jusuf Ingin Jip Supersemar Jadi Milik Negara

Baca: Supersemar, Eks Dekan Teknik Unhas Deklarasi Calon Rektor

Letjen Soeharto tidak hadir dalam rapat kabinet dengan alasan sakit.

Karena itu, Soekarno tidak dapat memerintahkan Soeharto membubarkan "pasukan tidak dikenal" tersebut dan akhirnya memilih keluar dari Istana Merdeka menggunakan helikopter menuju Istana Bogor.

Setelah itu, Soeharto mengutus Basoeki Rachmat, Jusuf, dan Amir Machmud menemui Soekarno di Istana Bogor.

Ketiga jenderal itulah yang membawa Supersemar ke Jakarta untuk Soeharto.

Bagi Presiden Soekarno, Supersemar adalah perintah pengendalian keamanan, termasuk keamanan Presiden dan keluarganya.

Namun, Soekarno "kecolongan" karena dalam Supersemar diyakini terdapat frasa "mengambil segala tindakan yang dianggap perlu."

Padahal, perintah dalam militer harus tegas batas-batasnya, termasuk waktu pelaksanaannya.

Dengan surat itu, Soeharto menjalankan aksi beruntun pada 12 Maret 1966 dengan membubarkan PKI, menangkap 15 menteri yang dianggap pendukung PKI atau pendukung Soekarno, dan memulangkan anggota Tjakrabirawa ke kesatuan di daerah asalnya.

Dalam buku Memoar Sidarto Danusubroto Ajudan Bung Karno yang ditulis Asvin Warman Adam, diperkirakan ada sekitar 4.000 anggota pasukan yang dipulangkan ke kesatuan di daerah asalnya.

Tjakrabirawa adalah pasukan pengamanan yang loyal kepada Presiden.

Tak berselang lama, Soeharto juga mengontrol media massa di bawah Pusat Penerangan Angkatan Darat.

Halaman
1234

Berita Terkini