53 Tahun Supersemar,Perintah Soekarno yang Disalahartikan Soeharto,Kesaksiannya 'Saya Bukan Komunis'

Editor: Waode Nurmin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

53 Tahun Supersemar,Perintah Soekarno yang Disalahartikan Soeharto,Kesaksiannya 'Saya Bukan Komunis'

Serangkaian langkah yang diambil Soeharto itu membuat Soekarno marah, khususnya dengan pembubaran PKI.

Meski demikian, isu pembubaran PKI adalah salah satu penyebab merosotnya dukungan politik untuk Soekarno.

Mengapa Soekarno tidak mau membubarkan PKI?

Sebab, Soekarno ingin memegang teguh ajaran three in one-nya, yaitu Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme).

Soekarno konsisten sejak 1925 tentang Nasakom.

Dalam sebuah pidato, ia menegaskan bahwa "kom" tersebut bukanlah komunisme dalam pengertian sempit, melainkan marxisme atau tepatnya sosialisme.

Dalam kesempatan lain, Soekarno mensinyalir bahwa revolusi Indonesia telah dibelokkan ke kanan.

Padahal, menurut dia, revolusi Indonesia itu pada intinya adalah kiri.

Meskipun demikian, Soekarno bersaksi, "Saya bukan komunis."

Terkait kasus 1965, Soekarno mengetahui bahwa ada oknum PKI yang bersalah.

Namun, ia beranggapan kalau ada tikus yang memakan kue di dalam rumah, jangan sampai rumah itu yang dibakar.

Sidarto menuturkan, Soekarno masih memiliki peluang mengendalikan situasi pasca-Supersemar.

Ia menyebut posisi kekuatan ABRI saat itu masih 60:40 pro-Soekarno.

Masih banyak loyalis Soekarno di tubuh ABRI-Polri yang siap membela.

Para loyalis Soekarno itu di antaranya adalah Angkatan Udara di bawah KSAU Omar Dhani, Angkatan Laut di bawah KSAL Mulyadi, Polri di bawah Jenderal Pol Soetjipto Joedodiharhjo, dan Kodam Siliwangi di bawah Mayjen Ibrahim Ajie.

Halaman
1234

Berita Terkini