Auke Fisser bahkan mengangkat anak Yusran selama di Belanda. Diakui Yusran, ayah angkatnya tersebut tidak menikah namun memiliki partner hidup.
"Sudah menjadi kebiasaan di Eropa, tidak menikah namun tinggal serumah," katanya. Yusran tinggal di Amsterdam Barat tepatnya di Jl Baden Powellweg No 9 Osdorp.
Saat kuliah perdana, Yusran merasa sangat gembira. Menurutnya, kuliahnya sangat menyenangkan, ia diberikan buku secara gratis bahkan memiliki jatah fotokopi buku gratis.
Dikelas hanya ada 22 orang, terdiri dari 14 negara. Beruntungnya, Yusran memiliki satu orang teman yang berasal dari Indonesia yaitu dokter Riby dari Papua mendapat beasiswa dari NGO khusus Kusta, NLR.
"Ada perasaan senang mempunyai teman dari beragam negara. Colombia, India, Vietnam, Zambia, Ethiopia, orang Belanda cuma 4 orang, Filipina, Indonesia, Tanzania, China," tuturnya.
Pada hari pertama tersebut, Yusran dikenalkan tentang budaya Eropa.
"Hari itu kami bertemu di kelas, dan sorenya kami keliling kota Amsterdam menggunakan kapal boat, kapal itu meliuk-liuk di kanal-kanal kota, singgah sejenak di depan Museum Datau menjelaskan sejarah kota Amsterdam yang berada tujuh meter dibawah laut," kenangnya.
Setelah kuliah perdana tersebut, Yusran pun semakin siap untuk mengahadapi satu tahunya di Belanda.
Menikmati pergantian suhu yang berbeda saat berada Indonesia. Mempelajari karakter hidup orang di Belanda dan tentunya selalu merindukan Indonesia, khususnya keluarganya yang berada di Sulawesi Selatan.
Pernah suatu waktu ia membuat ayah angkatnya khawatir karena pulang terlambat karena menunggu bus yang tidak pernah datang pada malam salju yang turun dengan suhu minum 12 derajat.
"Akhirnya hampir jam 1 malam, sebuah bus malam berhenti di Halte setelah puluhan Escavator dikerahkan menghalau Salju yang sangat tebal.
Saya pulang kerumah, disambut ayah angkatku yang mulai cemas, kenapa anak kostnya terlambat pulang dihari itu," jelasnya.
Kenangan Wanita Turki
Meski tinggal di Belanda, Yusran mengaku orang Turki lebih membekas dalam ingatannya. Lantas saja, ia memiliki kenangan yang tidak bisa dilupakan hingga saat ini.
"Sewaktu di Amsterdam saya selalu shalat di Masjid Turki di Kawasan Oost Amsterdam. Tanpa sepengetahuan ku, ada orang Turki yang selalu memperhatikan ku," katanya.
Hingga akhirnya mereka berkenalan dan sangat akrab. Setelah beberapa waktu dari pengalaman tersebut, sang orang Turki itu menyampaikan niat untuk menjodohkan Yusran dengan anaknya.
"Saya berniat menikahkan kamu dengan anakku, sekiranya adik bersedia," kata Yusran menirukan orang Turki tersebut. Yusran sempat berdiskusi dengan keluarganya di Makassar.
Alhasil, lamaran tersebut ditolak secara halus. Yusran kembali ketujuan awal, yaitu ingin kuliah dengan fokus di Amsterdam.
Akhirnya pada tahun 2013, Yusran telah menyelesaikan studinya tepat setahun. Waktu yang sudah ditetapkan oleh Stuned.
Mulai Jadi Dosen
Saatnya, Yusran kembali ke Indonesia. Yusran bekerja di Dinas Kesehatan Makassar.
Ternyata, ide-ide progresif Eropa yang ada di kepala Yusran, nampaknya sulit ia terapkan di Dinkes Kota Makassar.
Sehingga pada tahun 2004 ia kemudian menghadap ke Rektor Unhas, Prof Radi A Gani di kantor beliau di Rektorat lantai 5.
Setelah bertemu, mereka berbicara lama tentang Unhas, Eropa dan kerjasama MoU dgn beberapa Universitas Eropa di Jerman, Belgia , Prancis dan Belanda.
Dari hasil pertemuan tersebut, Prof Radi menawarkannya untuk pindah profesi menjadi dosen.
"Wow, Saya seperti tak percaya pindah menjadi Dosen adalah sebuah cita-cita mulia untuk mewujudkan ide-ide progresif yang saya pelajari di Eropa," tuturnya.
Akhirnya pada tahun 2015 ia memutuskan untuk pindah dan mengabdi mendidik mahasiswa untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
Yusran berharap ingin kembali kuliah, lanjut menjadi seorang Doktor dan Profesor dibidang Manajemen Kehatan Masyarakat.
Data Diri:
Nama: M Yusran Amir
Lahir: Ujung Pandang, 10 Juli 1974
Ayah: M Amir
Ibu: Adriani
Hobby: Tennis Meja
Akun media sosial:
Facebook: Yusran Amir
Pendidikan
- SD Negeri 3 Sidrap (1980-1986)
- MTsN 404 Makassar (1986-1989)
- SPK Depkes (1989-1992)
- S1: FKM Unhas 2000
- S2: Royal Tropical Institut Amsterdam (2002-2003)
Pengalaman Kerja:
- Dinas Kesehatan Kota Makassar 1993-2004
- Dosen di Universitas Hasanuddin , Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2005-sampai sekarang
Riwayat Organisasi:
- Ketua Umum Al Markaz, MAKES 2000-2001
- Pendiri Hasanuddin English Debating Society (HEDS) 2000
- Pendiri Pasca Sarjana English Club' Unhas 2005-2006
- Ketua Harian Holland Alumni Network Celebes (HANCE) 2019