Ia mengatakan, Safruddin Amin lah yang mengubah pola pikirnya dan memiliki niat untuk berkuliah diluar negeri.
"Beliau Alumni Monash University Australia. Saya kagum sama beliau, cerdas dan tawadhu. Akhirnya saya semangat mau kuliah di Luar negeri juga setelah ketemu kak Safruddin Amin," ujarnya.
Berangkat ke Belanda
Setelah menamatkan kuliahnya di Unhas, Yusran mengikuti kegiatan sosialisasi beasiswa Stuned di Baruga Pettarani. Materi tentang beasiswa tersebut dipaparkan oleh Ketua tim Beasiswa, Mrs Monique S yang merupakan orang Belanda-Indonesia.
Awalnya Yusran pesimis untuk mendapat beasiswa tersebut. Dengan syarat yang menurut Yusran berat, mulai dari TOEFL dengan target skor 550.
Ia yang pada saat itu menjabat sebagai ketua Al Markaz membuat kursus TOEFL Gratis yang juga diikuti peserta tes beasiswa. Ia dibantu oleh Irvan Hudji, ahli TOEFL alumni Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Perjuangan Yusran tidak sia-sia, saat melakukan tes TOEFL, ia berhasil mendapat kan nilai 553.
"Wah, saya terselamatkan dengan 3 point," terangnya. Akhirnya, ia memberanikan diri mendaftarkan diri melalui situs resmi Neso Indonesia.
"Beberapa saat kemudian saya kontak Universitas di Amsterdam untuk mendapat Letter of Acceptance (LoA)," katanya.
Ia pun mendapat kabar tentang kelulusannya.
"Alhamdulillah, Stuned memberi beasiswa penuh," ujar Yusran
Yusran begitu bahagia, dan langsung mengabari seluruh kerabatnya. "Saya sujud syukur," katanya.
Dua Beasiswa
Yusran merupakan orang asli Jeneponto namun tumbuh besar di Sidrap. Di dalam anggota keluarganya belum pernah ada yang kuliah di Eropa.
Kebahagiaan para keluarganya sangat terasa, hingga membuatkan Yusran acara pengajian dan acara syukuran.