UNM

Tiga Dosen UNM Latih 'Mama Muda' Ciptakan Souvenir Khas Bantimurung

Penulis: Nur Fajriani D
Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UNM - Tiga dosen UNM mendampingi kelompok “Pabbalu Mama Muda”. Mereka melatih pembuatan souvenir kreatif berbasis AI dan bahan lokal di kawasan wisata Bantimurung, Selasa (14/8/2025).

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Tiga dosen lintas disiplin Universitas Negeri Makassar (UNM) berkolaborasi dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan sentuhan teknologi dan kearifan lokal. 

Mereka ke kawasan wisata Bantimurung mendampingi kelompok “Pabbalu Mama Muda” menciptakan produk kreatif berbasis Artificial Intelligence (AI), olahan makanan lokal, dan pernak-pernik dari bahan bekas, Kamis (14/8/2025).

Ketiga dosen Dr. Tuti Wijayanti dan Dr. Hasriani dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, serta Syarifah Suryana dari Program Studi Tata Busana, Fakultas Teknik.

Mereka bersatu dalam satu visi: memberdayakan masyarakat melalui inovasi dan sentuhan budaya lokal.

Diikuti 25 anggota kelompok “Pabbalu Mama Muda". Para dosen memberikan pelatihan intensif yang melibatkan lima bidang utama.

Yaitu diversifikasi olahan kelapa muda dan pisang, pemanfaatan limbah kelapa muda dan pisang menjadi souvenir kreatif, pembuatan pernak-pernik dari limbah karst, pelatihan desain produk berbasis AI yang menonjolkan identitas lokal, dan produksi t-shirt unik khas Bantimurung.

Dr. Tuti Wijayanti menekankan bahwa hasil dari program ini bukan sekadar produk untuk dijual, melainkan juga sebagai media untuk memperkenalkan budaya dan alam Bantimurung kepada wisatawan.

“Souvenir yang dibuat oleh mama muda bukan hanya menjadi tambahan pendapatan, tetapi juga membawa identitas lokal ke ranah yang lebih luas. Ini adalah bentuk pelestarian sekaligus promosi kekayaan budaya,” ujarnya.

Dr. Hasriani menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan tim tidak hanya fokus pada produksi, namun juga mencakup aspek manajemen, promosi, hingga strategi pemasaran berbasis digital.

Syarifah Suryana menyoroti pentingnya memanfaatkan potensi individu dan bahan-bahan bekas untuk menciptakan produk berkualitas tinggi.

“Modal kecil tak jadi halangan. Justru dari keterbatasan itu muncul kreativitas luar biasa yang bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi model berkelanjutan yang melibatkan lebih banyak mahasiswa dan masyarakat ke depan. 

Melalui sentuhan teknologi dan pendampingan yang konsisten, diharapkan produktivitas serta keterampilan masyarakat sekitar kawasan wisata dapat terus meningkat.

Berita Terkini