Fakta G 30 S/PKI dan Baku Tembak di Rumah Jenderal Ahmad Yani Seperti Kesaksian Nugroho Notosusanto
TRIBUN-TIMUR.COM - Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau jamak disingkat G 30 S/PKI masih menarik untuk jadi bahan kajian.
Faktanya film ini terus diliputri kontroversi apalagi sejak jadi film yang rutin diputar serentak di era Orde Baru.
Baca: Tonton Live Streaming Film G30S/PKI di Sini, Juga Full Tanpa Iklan
Baca: Live Streaming Trans 7, Siaran Langsung MotoGP Aragon 2018 Lorenzo Star No 1, Marquez 3
Baca: Sedang Berlangsung Live Streaming Final China Open Anthony Ginting vs Kento Momota, Nonton di Sini
Film G30S/PKI ini untuk mengenang sejarah kelam Indonesia, namun tak sedikit yang menganggap film ini tidak sesuai dengan fakta sejarah .
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo 'menantang' Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk mengeluarkan perintah kepada prajuritnya menonton film gerakan 30 September (G30S/PKI).
Gatot menuliskan seandainya Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) tidak berani mengeluarkan perintah kepada prajuritnya untuk menonton film gerakan 30 September, maka KSAD seharusnya melepas pangkatnya.
Meski demikian, Gatot yakin jika KSAD dan Panglima TNI bukanlah orang yang penakut.
Gatot pun menantikan perintah dari KSAD untuk menonton film tersebut bagi prajuritnya.
"Kalau KSAD tdk berani memerintahkan nonton bareng film G-30S/PKI, bgaimana mau mimpin prajurit pemberani & jagoan2 spt Kostrad, Kopassus, & semua prajurit TNI AD. Kok KSAD-nya penakut... ya sudah pantas lepas pangkat.
Ingat! Tdk ada hukuman mati utk perintah nonton bareng.
Paling copot jabatan, bukan copot nyawa. Kalau takut, pulang kampung saja.
Krn kasian nanti prajuritnya nanti disamakan dgn pemimpinnya penakut. Kan bisa menjatuhkan harga diri prajurit TNI AD yg terkenal di dunia pemberani plus super nekat.
Tapi saya yakin KSAD dan Panglima TNI bukan tipe penakut. Kita lihat saja pelaksanaannya," tulis Gatot Nurmantyo.
Film dengan judul asli "Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI" ini memang menjadi kontroversi.
Banyak yang menganggap film ini perlu ditonton untuk mengenang sejarah kelam Indonesia, namun tak sedikit pula yang menganggap film ini tidak sesuai dengan fakta sejarah.