Oleh: drg. Rustan Ambo Asse
Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsi FKG Universitas Hasanuddin
Rumah Sakit Gigi dan Mulut ( RSGM) Universitas Hasanuddin yang kini membuka pelayanan 24 jam memberikan harapan positif terkait akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat, khususnya warga Kota Makassar dan sekitarnya.
Permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang diketahui selama ini belum menjadi prioritas oleh pemerintah.
Ini ditandai dengan belum adanya unit/bagian khusus dari kemenkes dalam rangka promotif dan preventif kesehatan menimbulkan dampak yang tidak sedikit. Di antaranya peregeseran paradigma kesehatan gigi masyarakat dari kuratif ke preventif yang sangat lambat dan meningkatnya penyakit-penyakit infeksi gigi dan mulut.
Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI merilis berdasarkan provinsi bahwa pada tahun 2013 Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi (> 35%) .
Indeks DMF-T Indonesia pada tahun 2007 dan 2013 meningkat seiring dengan peningkatan umur. Indeks DMF-T pada tahun 2013 saja adalah 4,6 % yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang.
Tingginya angka kerusakan gigi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya karena pemerintah belum memberikan perhatian khusus terkait kesehatan gigi dan mulut dalam ranah kebijakan strategis kesehatan.
(BACA juga opini: Menumbuhkan Sikap Kritis Pemirsa Televisi
Paradigma dan kesadaran kesehatan gigi dan mulut yang relatif masih kurang, akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas dengan peralatan yang memadai yang masih kurang, dan juga dukungan Rumah Sakit Gigi dan mulut sebagai pusat rujukan yang masih minim juga menjadi faktor penyebab.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut ( RSGM ) Unhas sebagai satu-satunya rumah sakit pendidikan sekaligus pusat rujukan di Indonesia bagian timur memiliki tanggun jawab sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi masyarakat yang mencakup tiga komponen penting yaitu aspek promotif, preventif dan kuratif.
Aspek preventif dan promotif dapat direalisasikan melalui upaya sinergisitas RSGM bersama departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM) dengan eviden based berupa segudang penelitian tentang kesehatan gigi dan mulut yang dapat diimplementasikan secara kongkret melalui program KKN profesi Universitas Hasanuddin.
Juga bisa melalui sistem pelayanan RSGM Unhas yang membuka unit khusus terkait upaya preventif dan promotif kesehatan gigi bagi pasien yang berkunjung.
(BACA juga opini: Melawan Narkoba Berbasis Bukti
24 Jam
Dalam aspek perawatan (kuratif) pelayanan 24 Jam RSGM Unhas adalah jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap akses kesehatan gigi dan mulut yang tanpa batas waktu tertentu, menyiapkan pelayanan siap siaga kegawatdaruratan medik penyakit gigi baik oleh karena infeksi, tumor, maupun karena faktor trauma/kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan berupa trauma maksilofasial.
Potensi RSGM yang menyiapkan pelayanan gigi dan mulut lintas spesialistik (dokter gigi spesialis Bedah mulut, prostodonsi, konservasi, periodonsia, pedodonsia, orthodonsi, ilmu penyakit mulut, raadilogi gigi) dapat menjadi pusat rujukan satu-satunya di Makassar khususnya dan di Indonesia Timur umumnya).
Sehingga puskesmas-puskesmas dan dokter gigi praktek mandiri dapat dengan mudah segera merujuk ke RSGM jika ada kasus/ penyakit gigi dan mulut tertentu yang memang dari sisi kompetensi profesi membutuhkan pelayanan/perawatan khusus ataupun disebabkan karena fasilitas yang tidak memadai di puskesmas.
Sistem rujukan perawatan gigi dan mulut untuk sebagian besar RSUD di kabupaten/kota terutama di daerah terpencil atau perbatasan kerap menjadi masalah tersendiri disebabkan oleh terbatasnya atau belum adanya dokter gigi spesialis di rumah sakit tersebut.
Sehingga keberadaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unhas bisa menjadi salah satu solusi. Masyarakat tidak perlu lagi cemas. Harapan akan sebuah perawatan/pelayanan gigi dan mulut yang lebih baik dengan sistem rujukan yang kini telah terpenuhi.
Maksilofasial Prostodontik
Insiden kecelakaan lalu lintas sebagai salah penyebab trauma maksilofasial (cedera kepala dan wajah) semakin meningkat, dan rekonstruksi atau operasi yang biasanya dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut pada kondisi tertentu membutuhkan perawatan maksilofasial prostodontik.
Demikian juga untuk pasca operasi tumor yang mengakibatkan 'defek' atau kerusakan yang besar pada daerah maksilofasial membutahkan terapi prostetik baik itu yang bersifat sementara dan supporting penyembuhan maupun yang bersifat defenitif atau terpasang tetap/permanen.
Oleh karena itu hal ini tentu bersifat informatif bagi masyarakat bahwa banyak hal yang perlu diketahui terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Termasuk tentang perawatan maksilofasial proatodontik tersebut.
Misalnya seorang bayi yang lahir dengan kelainan cleft ( bibir sumbing) dan mengalami kesulitan mendapatkan ASI (disusui) oleh ibunya dapat dibuatkan alat khusus ( feeding plate) yang dipasangkan dimulut bayi sehingga mendaptkan asupan gisi dan ASI dari ibunya sehingga perlahan berat badanya dapat bertambah sebelum dilakukan operasi pada bayi tersebut.
Kesadaran Masyarakat
Apa indikator untuk mengukur kesadaran masyarakt akan kesehatan gigi dan mulut meningkat? Apakah dengan semakin meningkatnya kunjungan pasien di puskesmas? Ataukah ada aspek-aspek kualitatif untuk mengukur semua itu?
Hakikatnya kesadaran masyarakat tersebut mestinya berdampak positif secara langsung terhadap perilaku yang terbentu.
Misalnya masyarakat mengalami perubahan kesadaran yang lebih baik dengan lebih memilih berobat gigi dan mulut kepada dokter gigi atau dokter gigi spesialis dan memahami bahwa akan lebih aman jika memeriksakan kesehatan giginya kepada profesi yang lebih berkompeten.
Perubahan perilaku masyarakat yang butuhkan juga. Di antaranya adalah adanya pandangan bahwa kesehatan gigi itu adalah investasi.
Anda bisa bisa bayangkan berapa banyak waktu yang terbuang, keuntungan yang hilang dari seorang manajer perusahaan yang tiba-tiba menderita sakit gigi hanya karena tidak rutin memeriksakan giginya di dokter gigi.
Atau seorang mahasiswa/pelajar yang kehilangan banyak waktu tidak bisa belajar dengan baik akibat terjadi gusi bengkak /bernanah atau abses yang disebabkan oleh sisa akar gigi yang tidak dicabut.
Oleh karena itu, midnset masyarakat yang akan memeriksakan giginya hanya jika ada keluhan sakit mestinya sedapat mungkin bergeser untuk lebih disiplin secara rutin memeriksakan giginya sehingga setelah dilakukan pemeriksaan masyarakat dapat menerima arahan yang komprehensif terhadap rencana perawatan yang dapat diberikan, dari aspek pengobatan/perawatan hingga aspek rehabilitasi terhadap gigi yang berlubang atau terlanjur hilang akibat pencabutan.
Aspek-aspek tersebut telah tersedia dalam standar pelayanan Rumah Sakit Gigi dan Mulut ( RSGM) Universitas Hasanuddin yang setidaknya kurang lebih lima tahun terakhir telah melakukan evaluasi dan perencanaan dengan baik dengan perbaikan infratsruktur, pengadaan fasilitas yang lebih modern dan SDM yang lebih siap serta sistem yang terstandarisasi.
Kini RSGM Unhas siap memberikan pelayanan 24 jam bagi warga Kota Makassar dan Sulawesi Selatan khususnya dan di Indonesia timur secara umum. (*)
Catatan: opini di atas telah dipublikasikan di Rubrik Opini Tribun Timur edisi cetak Januari 2017.