Opini
Jantungmu Jaga!
Misalnya saja bagaimana suasana pertempuran yang berhasil memasuki wilayah jantung pertahanan.
Oleh: Abdul Gafar
Pendidik di Departemen Ilmu Komunikasi Unhas Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam sebuah serbuan, maka sasaran utama adalah menyerang ke wilayah jantung. Titik ini selalu mencari incaran bagi pihak yang berseteru.
Misalnya saja bagaimana suasana pertempuran yang berhasil memasuki wilayah jantung pertahanan.
Dalam kondisi ini sudah mudah menghancurkan lawan. Jika posisi terlemah telah dikuasai, maka langkah selanjutnya menjadi mudah.
Itulah sebabnya wilayah jantung mesti dalam pengawasan ketat sehingga tidak mudah diterobos.
Dalam dunia persepakbolaanpun istilah ‘jantung’ sudah biasa kita dengarkan. Ketika lawan sudah mampu menerobos ke jantung pertahanan, maka peluang menggolkan ke gawang lebih mudah.
Tinggal adu kecepatan dan ketetapatan dalam melesatkan bola ke gawang. Lagi-lagi pengusaan jantung menjadi wilayah yang penting diperhatikan.
Jantung memang perlu dijaga dengan baik. Kondisi inilah yang mengantarkan penulis sedikit memahami betapa jantung itu penting bagi manusia.
Bermula ketika penulis memeriksakan kondisi mata ke Puskesmas. Langkah awal, dilakukan pengukuran tensi alias tekanan darah.
Hasil menunjukkan angka 238/110. Dokter menyarankan segera memeriksakan kondisi jantung lebih dahulu daripada urusan mata. Rujukan diarahkan ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Keesokan harinya, penulis langsung diarahkan ke bagian kardiolgi. Setelah berbincang sejenak, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali.
Hasilnya menurun menjadi 173/100. Kata dokter, pemeriksaan jantung harus dilakukan keesokan harinya. Besoknya diperiksa lagi tekanan darah, hasilnya kembali menaik mencapai angka 198/110.
Setelah dilakukan pemeriksaan ekokardiografi, dokter menyarankan pemeriksaan lanjutan. Agar tergambar akurasi kondisi jantung penulis, maka diarahkan ke Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Di rumah sakit ini dilakukan kembali pemeriksaan ekokardiologi, foto rontgen serta pemeriksaan darah dan urine.
Hasil pengamatan penanggung jawab dr. Pendrik Tandean, Sp.PD.KKV mengatakan bahwa terdapat penebalan jantung.
Disarankan agar diperiksa lagi lewat Laboratorium Kateterisasi Jantung. Setelah diskusi yang cukup ‘menggetarkan’ membicarakan pemasangan cincin hingga operasi bypass jantung, penulis berpikir keras.
Dijelaskan bahwa jika terjadi penyumbatan pembuluh darah, maka lebih aman jika dilakukan tindakan tersebut.
Setelah bertukar pikiran dengan isteri - A. Sutiawati Djair-, penulis setuju walaupun masih penuh keraguan.
Dokter Pendrik mengatakan besok rawat inap, lusanya langsung tindakan.
Keesokan harinya ditemui oleh dokter kardiologi. Menjelaskan ulang keuntungan dan kerugian operasi pemasangan cincin di jantung.
Dihadiri semua saudara, akhirnya penulis setuju dilakukan tindakan kateterisasi jantung besoknya.
Pagi hari 30/7 penulis dimasukkan ke ruang cath lab. Di dalam ruangan sudah banyak dokter.
Sambil melakukan persiapan, terjadi obrolan segar di antara mereka. Setelah persiapan dianggap selesai, maka rencana tindakan segera dimulai.
Dokter Hendra Tjiamin meminta agar berdoa bersama sebelum dimulai.Tampaknya dokter tidak saja mengandalkan pengetahuan mereka, namun tetap menyandarkan diri kepada Tuhan agar tindakan sukses.
Ketika dimulai, semua dokter termasuk operator hening mendengarkan instruksi dari seorang dokter. Kegiatan berlangsung singkat, penulis tetap dalam kondisi sadar. Proses kateterisasi jantung dinyatakan selesai dengan baik.
Hasil operasi tidak menemukan adanya penyumbatan, walaupun memang terjadi penebalan di dinding jantung. Penanggung jawab, dr. Pendrik Tandean, Sp.PD.KKV menjelaskan pemasangan cincin tidak diperlukan, alhamdulillah.
Setelah melewati masa pemantauan oleh dokter, penulis dikembalikan ke ruang inap. Dokter dan perawat melakukan pemantauan bergilir secara teliti.
Tiga kali dr. Pendrik memantau termasuk dr. Lusi menjenguk penulis. Jaga pola makan dan tetap aktif berolahraga ringan saran dr. Pendrik. Dokter, dan perawat sangat santun.
Masuk ke ruangan memberi salam. Ketika menyentuh tubuh kita mulai dengan kata tabe, maaf.
Diakhiri dengan mariki. Luar biasa. Begitu pula pramusaji dan cleaning service sangat santun. Hal ini tentu saja tidak lepas dari kebijakan Direktur Pusat Jantung Terpadu Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Prof. Dr. dr. Syafri Kamsul Arif, Sp.An, KIC, KAKV, sekaligus Direktur Utama RS Wahidin Sudirohusodo.
Penulis ditunggui oleh isteri. Teman sekamar penulis, Iptu Pol Lewi Misak, anggota Polres Tator bersama sang isteri Dewi Yusbawaty Lando dan anak-anaknya.
Lewi Misak terkena serangan jantung 2017. Setelah diperiksa, mesti dipasangi cincin. Saat itu, ia tidak bersedia karena ada perasaan takut.
Namun 2024 terkena lagi, akhirnya dipasangi cincin. Penyumbatan ada yang sudah 100 persen dan 90 persen. Tahun 2025 masuk lagi rumah sakit.
Akhirnya dokter menambah lagi 2 cincin serta balon di jantung. Kehebatan dokter yang terlihat masih muda mampu ‘menjebol’ penyumbatan yang 100 persen dan berhasil sukses.
Kenyataan ini membuat Dewi Lewi Misak menyarankan pemasangan cincin segera jika terjadi penyumbatan.
Penulis bersama Lewi sekeluarga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dokter dan perawat di Pusat Jantung Terpadu R.S.Wahidin Sudirohusodo.
Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dokter di Rumah sakit Pendidikan Unhas Makassar.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.