Beatiful Malino 2025
Balla Lompoa dan Balla Jambu, Warisan Hidup Budaya 400 Tahun Kerajaan Gowa
Ada dua bangunan kayu yang seolah bernyawa di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa Balla Lompoa dan Balla Jambu.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Muh Hasim Arfah
“Bentengnya besar, kayunya kokoh, dibangun untuk bertahan ratusan tahun,” ujar Bupati Sitti Husniah.
Rumah-rumah ini bukan hanya milik masyarakat Bulutana.
Mereka adalah milik sejarah.
Milik kita semua yang ingin mengenang bagaimana budaya tidak hanya dibaca di buku-buku, tapi juga ditinggali, dijaga, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sebagaimana tagline Kabupaten Gowa yang menggaung, “Gowa Bersejarah”, Balla Lompoa dan Balla Jambu adalah saksi bisu masa lalu yang terus bernapas di masa kini.
Buluttana, Lebih dari Sekadar Nama
Di tanah tua Buluttana, sejarah tak hanya dituturkan lewat naskah dan angka.
Ia hidup dalam cerita-cerita malam di beranda rumah, dalam bisikan para tetua.
Istilah yang hanya dipahami mereka yang tumbuh bersama di atas tanah ini.
Salah satunya, assulukang sisang, sebuah istilah yang tak sekadar berarti "berpindah".
Kegiatan ini mencerminkan pilihan hidup dipandu kearifan lama.
Dulu, ketika jumlah warga Butta Toa Buluttana kian bertambah, muncul dilema.
Ada aturan adat yang tak bisa diganggu gugat, hanya tujuh rumah yang boleh berdiri di kampung itu.
Tak lebih.
Maka, sebagian warga memutuskan untuk pergi, bukan karena diusir, bukan pula karena konflik.
Mereka pergi karena tahu bahwa menjaga keseimbangan, antara manusia, ruang, dan adat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.