Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Beatiful Malino 2025

Balla Lompoa dan Balla Jambu, Warisan Hidup Budaya 400 Tahun Kerajaan Gowa

Ada dua bangunan kayu yang seolah bernyawa di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa Balla Lompoa dan Balla Jambu. 

|
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Muh Hasim Arfah
IG Husniah Talenrang
PROMOSI IBU BUPATI- Bupati Gowa, Sitti Husniah Talenrang menyampaikan salah satu cagar budaya Balla Lompo di Bulutana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulsel, beberapa waktu lalu.  Balla Lompoa dan Balla Jambu adalah rumah yang dibangun sekitar 400 tahun lalu.  

Setiap anak tangga kayu yang pijak seolah membawa lebih dalam ke dunia simbolik.

Hanya sekitar 100 meter dari Balla Lompoa, Balla Jambu berdiri dengan karakter yang berbeda.

Ini adalah kediaman Karaeng Bulutana, namun yang menarik, tak ada satu pun perabot di dalamnya.

Begitu menaiki rumah ini, pengunjung akan langsung merasakan keheningan dan kekosongan yang justru sarat makna.

Anda tak akan menemukan kursi atau ranjang, hanya lantai kayu yang seolah telah menyerap jejak puluhan generasi.

M. Saleh Silli, seorang keturunan pemangku adat dari silsilah Gallarrang, bahkan menyebut kedua rumah ini didirikan sekitar tahun 1118, menjadikan usianya hampir 900 tahun.

Meski peneliti UIN Alauddin Makassar, Ibrahim, belum menemukan data triangulasi yang menguatkan angka tersebut.

Awal mulanya masih menjadi misteri. 

Ibrahim menyoroti bagaimana kerumitan ini menggambarkan kompleksitas sejarah dan genealogi komunitas Adak Sampulonrua di Bulutana.

Masyarakat muslim Bulutana memang istimewa.

Mereka memegang teguh budaya lokal, termasuk adat istiadat, tabiat asli, dan kebiasaan seperti assaukang, ajjaga, dan appalili.

Observasi awal Ibrahim bahkan menunjukkan bahwa Balla Lompoa dan Balla Jambu, bersama beberapa pohon bersejarah, menjadi tempat penting bagi ritual sosial-keagamaan dan kemasyarakatan.

Bayangkan, sebuah pohon pun bisa menjadi bagian dari warisan budaya yang hidup.

Baik Balla Lompoa maupun Balla Jambu masih mempertahankan atap bambu belah (cippe), sebuah teknik tradisional yang kian langka.

Kayu-kayu besar menopang seluruh struktur tanpa satu pun paku, sebuah bukti kehebatan arsitektur masa lalu.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved