Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menjaga Damai dalam Keberagaman, Upaya Kemenag Redam Konflik Keagamaan di Sulsel

Mereka hadir dalam Temu Konsultasi Pencegahan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan yang digagas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan

Penulis: Risma Syam | Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
FORUM ULAMA - Suasana temu Konsultasi Pecegahan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan.Kantor Wilayah Kemenag Sulsel. 

TRIBUN-TIMUR.COM -  Puluhan tokoh agama, pejabat Kemenag daerah, hingga penyuluh dari berbagai latar belakang agama berkumpul dalam satu meja.

Mereka hadir dalam Temu Konsultasi Pencegahan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan yang digagas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan, di Hotel Denpasar, Jl Beulovard Makassar, Sabtu (19/7).

Di tengah kompleksitas keberagaman Sulsel yang multikultural dan plural, kegiatan ini menjadi ruang penting untuk menyatukan langkah dan mencegah potensi gesekan sosial berbasis agama yang bisa muncul kapan saja.

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, selama kita mau duduk bersama dan saling mendengarkan,” kata Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid, dalam sambutannya.

Ia menegaskan bahwa dialog adalah jalan utama menuju kerukunan.

Belajar dari Toraja

Salah satu cerita datang dari Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI, M Adib Abdushomad.

Ia mengangkat kembali kasus pembangunan rumah ibadah di Toraja yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu.

Di tengah panasnya reaksi warganet, pihak Kemenag Sulsel justru bergerak tenang dan cepat.

“Saya langsung hubungi Kanwil, lalu Kankemenag setempat dan para penyuluh. Setelah dicek, ternyata tidak seperti yang heboh di medsos. Dan alhamdulillah, semua bisa selesai tanpa gejolak,” ujar Adib.

Ia menyebut respons cepat itu sebagai bukti bahwa Sulsel memiliki ekosistem kerukunan yang hidup.

Bahkan menurutnya, penyuluh agama justru sedang bekerja dengan baik ketika tidak ada konflik yang muncul ke permukaan.

“Banyak yang salah paham. Mengira tidak ada konflik berarti tidak ada kerja. Padahal justru itu buah dari kerja senyap tapi berdampak,” tegasnya.

Kegiatan ini sedang menyusun penguatan sistem Early Warning System (EWS), sebuah pendekatan deteksi dini untuk mengantisipasi potensi konflik di tengah masyarakat.

Adib menambahkan satu harapan besar KUB, ia ingin Indonesia terutama Sulsel menjadi contoh global dalam merawat keberagaman.

“Kita ini punya ribuan pulau, ratusan bahasa, berbagai agama. Tapi kita tetap bisa bersatu. Inilah Indonesia. Kalau bisa kita jaga, bangsa ini bisa jadi referensi dunia dalam kerukunan umat beragama,” katanya.

Kasubag KUB Kemenag Sulsel, Malingkai Ilyas, menjelaskan bahwa EWS bukan hanya sistem berbasis teknologi, tetapi juga koneksi, komunikasi lintas iman, dan kepekaan sosial.

“Sulsel punya kerentanan karena sangat majemuk. Tapi justru itu bisa jadi kekuatan jika semua pihak saling percaya dan terkoneksi,” katanya.

Ia menambahkan, forum ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Kasubbag TU, Kepala Seksi Bimas Islam, hingga para Pembimas dari agama-agama resmi di Indonesia.

Semuanya memiliki peran penting sebagai garda depan penjaga harmoni.

Ia Berharap kegiatan ini bukan hanya menjadi rutinitas birokrasi, tetapi momentum memperkuat sinergi dan kesadaran bersama bahwa damai itu diciptakan, bukan ditunggu.

Karena dalam masyarakat yang beragam, kerukunan adalah hasil dari niat baik, kerja nyata, dan kesediaan untuk mendengar.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved