Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Beras Volume 5 Kg Tak Sesuai Takaran Beredar di Pasaran, Mentan Ungkap Kerugian Capai Rp100 Triliun

Hal itu dibongkar Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman setelah ditemukan 212 merk yang mengambil keuntungan.

Editor: Ansar
Kolase Tribun-timur.com
HARGA BERAS - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan temuan 212 merk beras yang mengambil keuntungan dari praktik curang penjualan tak sesuai standar, Sabtu (12/7/2025). 

ini mengandalkan beras SPHP yang dikhususkan untuk stabilkan pasokan dan harga, tapi Bulog juga masih tunggu persetujuan Bapanas," katanya. 

Warga Sorong Kelaparan

Lonjakan harga beras di Kota Sorong, Papua Barat, memaksa warga untuk menurunkan kualitas konsumsi pangan harian mereka.

Banyak yang terpaksa membeli beras murah campuran, meski harus menghadapi kenyataan pahit: nasi cepat basi dan tak layak makan.

Selain itu, mereka terpaksa untuk menahan lapar dan mengurangi porsi makan sehari-hari.

Keluhan ini ramai disuarakan warga melalui kolom komentar unggahan berita Harga Beras Meroket di Pasar Remuyang diposting akun resmi Tribun Sorong, Rabu (9/7/2025).

“Beli beras semangka saja dong (mereka) sudah campur aduk dengan beras Bulog, nasi baru cok pagi, siang sudah basih,” tulis seorang warga.

“Iya betul sekali kaka, kita sangat kecewa, mau makan lihat nasi sudah basi,” sambung warga lainnya.

Nur, seorang ibu rumah tangga, mengaku berat menghadapi kenaikan harga yang terus merangkak naik.

Ia pun mengganti merek beras yang biasa dibelinya.

“Biasanya saya beli beras merek Semangka, tapi sekarang harganya sudah Rp15.000 per kilogram. Jadi saya beralih ke beras merek Perahu yang sedikit lebih murah, sekitar Rp14.500 per kilogram. Padahal sebelumnya beras Perahu cuma Rp13.000,” keluh Nur.

Senada, Fransina, warga lainnya, menyebut harga beras tak pernah stabil.

Hampir setiap bulan, harga naik.

“Dulu kami masih bisa beli beras seharga Rp11.000 sampai Rp12.000 per kilo. Sekarang bisa tembus sampai Rp17.000. Kami yang hidup pas-pasan semakin terjepit,” ujar Fransina.

Dia meminta pemerintah segera menyelesaikan masalah ini.

"Pemerintah harus turun tangan. Soalnya beras ini makanan utama kami, yang bisa bikin kenyang," ujarnya.

Dampak kenaikan ini sangat terasa, terutama bagi masyarakat berpenghasilan harian dan pekerja sektor informal.

Mereka mengaku terpaksa mengurangi konsumsi nasi, bahkan ada yang mencari alternatif pangan lain meski kualitasnya jauh dari layak.

Pemkot Sorong Tanggapi

Menanggapi keresahan warga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Sorong menyatakan terus melakukan pengawasan berkala terhadap distribusi dan kualitas bahan pangan.

Milan Latumeten, Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kota Sorong, menyatakan:

“Kami pernah temukan barang kedaluwarsa dan oplosan, namun saat itu langsung kami tindak tegas.”

Ia menambahkan, para pelanggar dipanggil ke kantor dan diminta menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi pelanggaran serupa.

Sejauh ini, TPID belum kembali menemukan kasus manipulasi barang dalam inspeksi rutin mereka.

“Biasanya kami turun lapangan pada minggu kedua atau ketiga. Bahkan ada dinas seperti dinas perdagangan yang rutin mengecek setiap hari karena juga bagian dari TPID,” jelasnya.

Milan juga mengajak masyarakat untuk aktif melapor bila menemukan kejanggalan.

“Kalau ada indikasi pedagang menyembunyikan barang jelek atau curang dalam menjual, laporan warga sangat membantu.”

Sebagai solusi jangka pendek, Pemkot Sorong membuka Toko Pangan Kota Sorong (TOPAS) di area kantor Wali Kota, dinas perdagangan.

“Kami mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan TOPAS sebagai alternatif berbelanja. Selain murah, kualitas barangnya juga kami awasi ketat,” tutup Milan. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved