Kota Kita Terlalu Penuh: Saatnya Menata Iklan Luar Ruang dengan Desain yang Lebih Manusiawi

Begitu pula di Indonesia, data menunjukkan bahwa responden usia di atas 26 tahun lebih sensitif terhadap paparan iklan yang terlalu intens, menunjukkan bahwa kenyamanan visual bukan hanya isu estetika, tapi juga kesehatan masyarakat. Apa yang bisa kita lakukan?

Ada tiga langkah sederhana namun strategis yang bisa menjadi solusi:

1.    Menetapkan standar desain ergonomis

Ukuran huruf minimal, kontras warna yang aman, posisi iklan yang tidak mengganggu pandangan—semuanya harus diatur. Dengan pendekatan ini, bisnis tetap bisa promosi, tapi dengan cara yang lebih ramah bagi masyarakat.

2.    Zonasi dan pembatasan jumlah iklan

Tidak semua sudut kota harus dipenuhi iklan. Area-area strategis bisa diatur agar tetap fungsional tanpa menyesakkan. Ini juga membuka ruang bagi pelestarian identitas budaya visual lokal.

3.    Edukasi dan kemitraan dengan pelaku usaha

Banyak pengiklan tidak sadar bahwa desain yang berantakan justru merusak citra merek. Melalui pelatihan dan kolaborasi, pelaku usaha bisa diajak untuk membuat iklan yang kreatif, tertib, dan tetap berdampak.

Menata kota, menata pikiran

Pada akhirnya, iklan luar ruang bukan musuh. Ia bisa menjadi bagian dari keindahan kota—selama kita menatanya dengan nilai-nilai ergonomi, harmoni, dan empati terhadap publik.

Bayangkan berjalan atau berkendara di kota yang tidak menyilaukan mata, tidak membuat stres, dan tetap informatif. Kota seperti itu bukan hanya mungkin, tapi perlu diperjuangkan bersama.

Disusun berdasarkan Penelitian dengan judul Development of Ergonomically-Based Rotary Lightbox for Outdoor Advertising Media, Besse Irna Tawaddud, SKM.,M.Kes.-Dosen Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Makassar.