Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kota Kita Terlalu Penuh: Saatnya Menata Iklan Luar Ruang dengan Desain yang Lebih Manusiawi

Itulah yang disebut polusi visual, dan kota-kota kita kini mengalaminya dalam tingkat yang mengkhawatirkan.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Besse Irna Tawaddud, SKM.,M.Kes Dosen Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Makassar. 

Oleh: Besse Irna Tawaddud, SKM.,M.Kes

Dosen Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Ketika jalanan kota terasa seperti etalase yang memaksa.

Pernahkah Anda merasa lelah hanya karena terlalu banyak melihat iklan di jalan? Papan reklame raksasa, neon box menyilaukan, hingga layar LED yang terus bergerak—semuanya berlomba-lomba menarik perhatian Anda, tanpa memedulikan kenyamanan mata dan pikiran.

Itulah yang disebut polusi visual, dan kota-kota kita kini mengalaminya dalam tingkat yang mengkhawatirkan.

Tak hanya mengganggu estetika kota, polusi visual juga berkontribusi pada stres, kelelahan mental, bahkan menurunkan keselamatan pengendara.

Terlebih lagi, dalam konteks budaya Indonesia yang menjunjung harmoni, ketidakteraturan visual ini seperti menciderai identitas kota itu sendiri.

Bukan sekadar cantik: pentingnya ergonomi dalam desain iklan

Apa yang bisa kita lakukan? Salah satu jawabannya adalah: desain ergonomis untuk iklan luar ruang.

Desain ergonomis bukan sekadar membuat iklan terlihat “bagus”, melainkan bagaimana membuatnya nyaman dilihat, tidak mengganggu konsentrasi, dan tetap komunikatif.

Dengan mempertimbangkan ukuran huruf, warna, posisi, pencahayaan, dan jumlah iklan di satu area, kita bisa menciptakan lingkungan visual yang lebih sehat—baik untuk tubuh maupun pikiran.

Pendekatan desain ergonomis dapat menjadi strategi jangka panjang untuk menekan polusi visual, memperbaiki estetika kota, dan bahkan menurunkan risiko kecelakaan lalu lintas. Artinya, iklan yang tertata rapi bukan hanya estetis, tapi juga fungsional dan aman.

Belajar dari kota-kota lain

Kita bukan satu-satunya yang menghadapi masalah ini. Kota Wuhan di Tiongkok, misalnya, mulai merancang ruang publik dengan prinsip ekologi visual—menyelaraskan tata letak iklan dengan ruang hijau dan ritme kota.

Di Brasil, penelitian di Fortaleza menunjukkan bahwa gangguan visual dari iklan dapat merusak kenyamanan kota secara signifikan, dan regulasi yang lemah memperburuk keadaan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved