Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Iran vs Israel dalam Dunia Islam

Prof Basri Hasanuddin: Iran Itu Negara Pemberani

Prof Basri Hasanuddin: Iran bukan negara biasa. “Iran itu pemberani, tidak pernah berubah sejak dulu,” katanya dalam diskusi di Tribun Timur.

|
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun-timur.com/kaswadi anwar
DISKUSI PUBLIK - Duta Besar RI untuk Iran 2003-2006, Prof Basri Hasanuddin, saat menjadi pembicara Diskusi Publik Konflik Iran-Israel dalam Perspektif Dunia Islam di Lantai 3 Kantor Tribun Timur, Jl Opu Dg Risadju 430, Kota Makassar, Kamis (26/6/2025). Kegiatan ini diinisiasi oleh Tribun Timur bersama ICMI Orwil Sulsel, KAHMI Makassar, dan Forum Dosen. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Iran periode 2003-2006, Prof Basri Hasanuddin, menyebut Iran sebagai negara yang dikaguminya.

Selama tiga tahun menjabat di sana, ia mengaku mendapat kesan yang baik. Warganya bersahaja, dan tingkat keamanannya sangat tinggi.

“Iran termasuk salah satu negara dengan peradaban tertua di dunia setelah Romawi dan Yunani,” ungkap Prof Basri dalam Diskusi Publik Konflik Iran-Israel dalam Perspektif Dunia Islam, Kamis (26/6/2025).

Diskusi ini diinisiasi Tribun Timur bersama ICMI Orwil Sulsel, KAHMI Makassar, dan Forum Dosen.

Prof Basri menambahkan, banyak negara yang berharap Iran mengalami kehancuran. Negeri itu bahkan pernah berperang dengan Irak selama delapan tahun. Saat ini, Iran berkonflik dengan Israel.

Namun, menurutnya, Iran selalu menunjukkan keberanian dan keteguhan.

Baca juga: Diskusi Publik Tribun Timur: Efek Konflik Iran-Israel dan Risiko Penutupan Selat Hormuz

“Iran itu pemberani. Ketika perang terjadi, mereka buktikan kalau memang berani,” tegasnya.

Revolusi Iran dan Ketakutan Amerika

Basri Hasanuddin mengulas sejarah Iran di bawah kepemimpinan Mohammad Reza Pahlavi, yang kala itu bekerja sama dengan Amerika Serikat membangun infrastruktur nuklir.

Namun, Revolusi Iran pada 1978 menggulingkan rezim Reza Pahlavi. Kepemimpinan berganti ke ulama Ayatollah Ruhollah Khomeini yang mendirikan Republik Islam Iran.

Setelah revolusi, program nuklir tetap dijalankan, meski tidak semulus sebelumnya. Meski begitu, Iran berhasil mencetak ahli-ahli nuklir, yang membuat Amerika dan Israel khawatir.

“Jadi luar biasa ketidakadilan terhadap bangsa Iran selama berpuluh tahun sampai sekarang,” katanya.

Menurut Prof Basri, Amerika Serikat bersikap hati-hati terhadap Iran, khususnya pada era Presiden Barack Obama dan Joe Biden. Namun, saat Donald Trump berkuasa, pendekatannya lebih agresif, bahkan menyerang fasilitas nuklir Iran.

Langkah Trump menuai kecaman, termasuk dari masyarakat Amerika sendiri.

Sementara itu, Israel kini juga kesulitan menghadapi Iran. Ia menyebut Tel Aviv dan pelabuhan Haifa mengalami kerusakan.

“Iran ini pemberani dan tidak pernah berubah sejak dulu. Saya percaya pada akhirnya Israel akan bertekuk lutut,” katanya.

Iran Tidak Boleh Dibiarkan Sendiri

Prof Basri menegaskan, Iran tidak boleh berjuang sendirian. Dunia Islam harus bersatu, termasuk menekan lewat jalur ekonomi, seperti boikot produk-produk Israel.

Ia juga menyoroti sikap G7 yang disebut selalu mendukung Israel dan menyalahkan Iran.

“Sekarang tidak boleh Iran sendiri. Umat Islam harus bersatu,” tutup pria berusia 85 tahun ini.

Sejumlah Tokoh Hadir

Selain Prof Basri Hasanuddin, hadir pula:

Dubes Iran untuk Indonesia, YM Mohammad Boroujerdi

Dubes RI untuk Ukraina 2017-2021, Prof Yuddy Chrisnandi

Kepala PSKK Aspasaf, Vahd Nabyl Achmad Mulachela

Ketua ICMI Orwil Sulsel, Prof Arismunandar

Ketua Umum KAHMI Makassar, Prof Pangeran Moenta

Ketua Forum Dosen Makassar, Suryadi Culla. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved