Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PKS

Sosok Abdul Kharis Almasyhari Ketua Fraksi PKS DPR RI yang Baru, Dulu Dosen Muhammadiyah

Abdul Kharis menggantikan Jazuli Juwaini yang telah menjabat Ketua Fraksi PKS DPR RI sejak 2019 hingga 2025.

Editor: Ansar
Wikipedia
PKS - Sosok Abdul Kharis Almasyhari Ketua Fraksi PKS DPR RI yang baru. Abdul Kharis ditunjuk Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf. PKS merombak struktur kepengurusan fraksi partainya di DPR RI, lewat rapat pleno internal pada Selasa (24/6/2025). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok Abdul Kharis Almasyhari Ketua Fraksi PKS DPR RI yang baru.

Abdul Kharis ditunjuk Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf.

PKS merombak struktur kepengurusan fraksi partainya di DPR RI, lewat rapat pleno internal pada Selasa (24/6/2025).

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (25/6/2025), Al Muzzammil menunjuk Kharis Almasyhari sebagai Ketua Fraksi PKS DPR RI untuk sisa masa jabatan 2025-2029.

Abdul Kharis menggantikan Jazuli Juwaini yang telah menjabat Ketua Fraksi PKS DPR RI sejak 2019 hingga 2025.

“Terima kasih Jazuli Juwaini, Ketua Fraksi PKS DPR RI 2019–2025, beserta jajaran. Selamat bertugas kepada Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Fraksi PKS DPR RI 2025–2029 beserta jajaran pengurus baru,” ujar Al Muzzammil, Rabu.

Presiden baru PKS itu pun menyampaikan apresiasi atas kinerja Jazuli beserta jajaran pengurus Fraksi PKS DPR RI yang telah dicapai selama ini.

Dia pun meyakini bahwa kepengurusan Fraksi PKS yang baru akan semakin tegas dalam melayani rakyat, dan melanjutkan kerja-kerja jajaran sebelumnya.

“Saya sampaikan apresiasi atas kinerja dan kiprah Fraksi PKS DPR RI di bawah kepemimpinan Jazuli Juwaini yang telah menorehkan berbagai capaian dan prestasi,” kata Al Muzzammil.

“Fraksi PKS insya Allah akan semakin kokoh dan terdepan dalam melayani dan membela rakyat,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Al Muzzammil Yusuf juga telah secara resmi mengumumkan struktur lengkap Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS untuk masa bakti 2025–2030.

Al Muzzammil menegaskan, kepengurusan baru ini disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan strategis partai dalam menghadapi tantangan kebangsaan ke depan, serta sebagai bentuk ikhtiar untuk memperkuat soliditas internal, profesionalitas, dan kapasitas pelayanan publik.

"Setelah jajaran DPTP disahkan di Majelis Syuro kemudian ditetapkan Presiden, Sekjen, Bendahara Umum, dan Kepala KPS, setelah itu kami bergerak cepat untuk kepengurusan DPP Masa Bakti 2025-2030," kata Al Muzzammil, dalam pengumuman tersebut, Senin (23/6/2025).

Menurut dia, kepengurusan baru DPP PKS yang disusun ini mencerminkan semangat kaderisasi, regenerasi, serta struktur yang efektif dan efisien.

"Kepengurusan baru sudah disusun dan disahkan oleh Menkum pada Jumat 20 Juni 2025," ujar dia.

Profil Abdul Kharis Almasyhar

Dikutip Wikipedia, Abdul Kharis Almasyhari (lahir 25 Agustus 1968) adalah mubalig, pengusaha, dan politikus Indonesia.

 Ia terpilih sebagai anggota DPR untuk periode 2014–2019.

Merintis bisnis percetakan sejak masih kuliah, Kharis tampil sebagai pengusaha lewat penerbitan yang didirikannya, PT Era Adicitra Intra Media.

Ia sempat bekerja sebagai dosen untuk Universitas Muhammadiyah Surakarta sebelum memutuskan bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pemilihan umum legislatif 2014 mengantarnya duduk sebagai anggota DPR mewakili daerah pemilihan Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten.

Putra seorang kiai pemilik pondok pesantren di Purworejo, Kharis telah aktif menyemarakkan kegiatan syiar dan dakwah Islam sejak bersekolah di SMA Negeri 1 Kutoarjo.

Masuk ke Universitas Negeri Sebelas Maret, ia memilih jurusan akutansi sembari menekuni dunia pers.

Usaha percetakan yang dirintisnya berpengaruh pada kemapanan hidupnya, membuatnya menikah saat masih berstatus mahasiswa. 

Pada 1997, ia mendirikan PT Era Adicitra Intra Media, salah satu penerbit buku-buku Islam utama di Indonesia.

Kehidupan awal

Abdul Kharis Almasyhari adalah putra pasangan Syaibani dan Muslimah.

Ia dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama dengan ayah seorang kiai pemilik pondok pesantren di Purworejo.

Sembari ikut mengaji bersama santri-santri di pondok pesantren ayahnya, ia melewatkan pendidikan formal di sekolah negeri.

 Ia menjadi salah seorang siswa teladan se-Kabupaten Purworejo saat SD dan sering meraih juara kelas hingga SMA.

Latar belakang militer yang dimiki ayahnya memengaruhi kepribadian Kharis.

Ia diajarkan bertani, mengolah sawah, hingga ia bisa membajak sawah sendiri saat masih SD.

Bersekolah di SMA Negeri 1 Purworejo, ia rutin mengikuti kegiatan kesiswaan di sekolah, sembari membawakan keterampilannya sebagai penceramah.

Pada 1987, ia pindah ke Surakarta, kuliah di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Sebelas Maret.

Penerbitan

Semester kedua kuliah menandai keaktifan Kharis dalam organisasi kemahasiswaan.

Ia menjadi reporter untuk Badan Pers Mahasiswa, berlatih bela diri, bergabung dengan mahasiswa pecinta alam, dan menghadiri kajian Islam.

Ia mengaku "tidak pernah keteran" jika jadwal antara kuliah dan organisasi berdekatan "atau bahkan satu waktu".

Melalui pelatihan di Majalah Tempo yang diikutinya sebagai utusan Badan Pers Mahasiswa, ia mendapati dirinya tertarik dengan bisnis percetakan dan mulai merintis usaha di sekitar kampus.

 Ia membuka kantor kecil yang melayani permintaan "segala macam cetakan".

Ia merancang desain dan bekerja sama dengan perusahaan percatakan untuk mengerjakan desainnya.

"Saya katakan, saya baru akan membayar ke rekanan tersebut jika saya sudah dibayar oleh pelanggan saya," ujar Kharis.

Bisnis yang ia rintis berpengaruh pada kemapanan hidupnya, membuatnya bisa "hidup tanpa uang saku dari orang tua".

Pada akhir semester tujuh kuliahnya, ia menikahi istrinya, Retno Sintowati. Walau sama-sama belum menamatkan kuliah, ia mengaku tidak ada pertentangan dari orang tua mereka. "Semua berjalan sangat lancar."

Pasangan ini kelak memiliki tujuh orang anak sejak menikah pada 24 Februari 1991.

Tamat kuliah dengan gelar akuntan pada 1993, Kharis mendirikan CV Citra Islami Press, melayani pekerjaan setting, sablon, dan percetakan.

Pada 3 Oktober 1997, CV Citra Islami Press berubah status menjadi PT Era Adicitra Intermedia, bergerak di bidang penerbitan dan perdagangan buku-buku Islam.

Penerbitan ini tercatat sebagai salah satu dari lima penerbit buku bacaan Islam yang masih bertahan.

Kharis menjabat sebagai sebagai Direktur Utama PT Era Adicitra Intermedia sejak didirikannya.

Kiprah

Pada tahun 1995, Kharis diangkat sebagai dosen untuk Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Namun, ia mengundurkan diri setelah ia memutuskan maju sebagai calon anggota legislatif melalui Partai Keadilan Sejahtera.

Sejak 1997, bersama sejumlah pengusaha di bidang percetakan dan penerbitan, Kharis aktif dalam kepengurusan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Ia pernah menjabat sebagai Ketua IKAPI Jawa Tengah sejak 2007 hingga 2013.

PKS

Kharis ikut dalam masa awal pembentukan Partai Keadilan Sejahtera di Jawa Tengah, duduk sebagai bendahara ketika partai itu masih bernama Partai Keadilan.

Meski telah bergabung dengan partai politik, Kharis semula mengaku belum tertarik untuk menjadi anggota legislatif, memilih mengembangkan bisnis penerbitannya sambil melanjutkan kuliah ke jenjang S-2 dan S-3.

Menjelang pemilihan umum legislatif 2014, Kharis mendaftarkan diri menjadi calon anggota legislatif.

Ia terpilih sebagai anggota DPR mewakili daerah pemilihan Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten.

Oleh partainya, ia ditempatkan duduk di Komisi XI yang membidangi keuangan dan perbankan.

Sejak 26 Mei 2016, ia dipindahkan dan diamanahkan sebagai Ketua Komisi I, menggantikan rekan satu partainya Mahfudz Siddiq. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved