Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muhammadiyah Sulsel

Muhammadiyah Berbenah Pasca SDIT Bermunculan, Didik Suhardi: Sudah Waktunya Kita Naik Kelas

Puluhan peserta dari berbagai provinsi di Kawasan Timur Indonesia duduk berjejer rapi di aula Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulsel.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Muhammadiyah Sulsel
DIKSUSPIM MUHAMMADIYAH-Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuka Pendidikan dan Latihan Khusus Pimpinan (Diksuspim) Regional 1 Sulawesi di kota Makassar, Jumat (13/6/2025). Puluhan peserta dari berbagai provinsi di Kawasan Timur Indonesia hadir langsung.  

Sementara Sulawesi Tenggara, yang mayoritas Muslim, hanya mengirim satu orang. Ini, menurutnya, bukan hanya soal teknis kehadiran. "Ini menyangkut niat dan arah gerakan kita."

Kehadiran para narasumber dari berbagai provinsi menunjukkan keseriusan.

Ada Kiai Dr. Salihin Wanani dari PWM Jawa Timur, Drs KH Jaswadi dari Kalimantan Timur, dan Ali Musyafa dari Lampung, yang sedang membangun training center di atas tanah wakaf seluas 6,5 hektare.

Dari dunia akademik hadir pula Prof Sukiman dari UNES, Dr Utomo dari UM Kendal, serta Erwin Akib PhD dan Dr Mulyana yang siap mendampingi daerah bahkan sampai sebulan penuh.

"Jangan sampai sekolah Muhammadiyah ditolak siswa. Justru kita yang harus menolak karena kelebihan peminat," tantang Didik.

Paradoks Murid dan Kaderisasi

Pendidikan, bagi Muhammadiyah, adalah jantung gerakan. Tanpa murid, dakwah menyempit. Tanpa mutu, kaderisasi lumpuh. Ketika sekolah Muhammadiyah hanya punya 6 hingga 10 murid, bukan hanya guru yang sulit sejahtera, tapi juga organisasi kehilangan daya regennya.

"PWM dan PDM yang mampu berinovasi biasanya punya AUM yang maju. Tapi kalau AUM-nya jalan di tempat, biasanya gerakan persyarikatannya pun lesu," ujar Didik.

Di tengah itu, Ketua PWM Sulawesi Selatan, Prof Ambo Asse, menyerukan kembali kesadaran bahwa mengelola amal usaha pendidikan adalah bentuk jihad fi sabilillah. Ia mengingatkan pentingnya menghindari konflik internal yang bisa berujung pada matinya sekolah. "Dulu banyak sekolah kita dinegerikan karena konflik. Sekarang jangan lagi."

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Irwan Akib, dalam sambutannya menggarisbawahi bahwa pendidikan Muhammadiyah harus kembali pada napas gerakan, bukan hanya soal kurikulum dan infrastruktur, tapi ruh keikhlasan dan visi pengkaderan.

Ia mengingatkan pentingnya menyeimbangkan kognisi, afeksi, dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Ismuba bukan hanya jam pelajaran, tetapi identitas dan semangat yang harus mengalir dalam seluruh aktivitas sekolah. "Kalau kita sibuk bertengkar, tapi murid tidak ada, itu pertanda kita gagal."

Irwan juga menyinggung kesenjangan antara sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Banyak sekolah belum tersambung dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah – Aisyiyah (PTMA) terdekat, padahal bisa menjadi laboratorium pendidikan. Ia mengajak setiap PDM menargetkan minimal satu sekolah unggulan yang bisa menjadi pusat inspirasi dan replikasi.

"Jangan hanya datang menagih Uang Infak, tapi tidak pernah membina sekolah," katanya lugas.

Agenda Strategis Nasional

Selain konsolidasi kepemimpinan, forum Diksuspim juga menjadi ruang sosialisasi tiga agenda strategis nasional yang diharapkan dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved