Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muhammadiyah Sulsel

Muhammadiyah Berbenah Pasca SDIT Bermunculan, Didik Suhardi: Sudah Waktunya Kita Naik Kelas

Puluhan peserta dari berbagai provinsi di Kawasan Timur Indonesia duduk berjejer rapi di aula Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulsel.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Muhammadiyah Sulsel
DIKSUSPIM MUHAMMADIYAH-Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuka Pendidikan dan Latihan Khusus Pimpinan (Diksuspim) Regional 1 Sulawesi di kota Makassar, Jumat (13/6/2025). Puluhan peserta dari berbagai provinsi di Kawasan Timur Indonesia hadir langsung.  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Puluhan peserta dari berbagai provinsi di Kawasan Timur Indonesia duduk berjejer rapi di aula Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Sulawesi Selatan.

Mereka datang dari Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

Ada yang tiba semalaman naik bus, ada pula yang menempuh perjalanan udara beberapa jam.

Semuanya berkumpul dalam satu tekad: memperkuat kembali denyut pendidikan Muhammadiyah di wilayahnya.

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuka Pendidikan dan Latihan Khusus Pimpinan (Diksuspim) Regional 1 Sulawesi di Kota Makassar, Jumat (13/6/2025). 

Kegiatan ini menjadi titik konsolidasi penting, bukan hanya untuk transfer keterampilan teknis kepemimpinan memajukan sekolah, tetapi juga sebagai ruang refleksi kolektif tentang arah pendidikan Muhammadiyah hari ini dan esok. 

Pelatihan ini berbeda dengan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala), Diksuspim ini menyasar Pimpinan Muhammadiyah, yakni Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah (PWM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang membidangi Pendidikan serta Ketua dan Sekretaris Majelis Dikdasmen dan PNF PWM.

"Kalau kita tetap menyasar segmen bawah, maka kita hanya bersaing dengan negara," ujar Didik Suhardi PhD, Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah dalam sambutannya yang menyulut banyak kepala mengangguk.

Didik tidak sedang bicara basa-basi.

Ia menyodorkan ironi sekaligus tantangan, Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang berdiri tahun 2007 telah memiliki 2.700 sekolah dan menyasar segmen menengah ke atas.

Muhammadiyah, yang memulai sejak 1912 dan kini memiliki hampir 6.000 sekolah, masih banyak berkutat pada layanan pendidikan murah.

"Sudah waktunya kita naik kelas," tegas Didik.

Minoritas Melampaui

Kontras lain disampaikan Didik lewat contoh kehadiran peserta Diksuspim.

Sulawesi Utara, dengan populasi Muslim minoritas, justru hadir dengan 13 orang utusan. 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved