KOLOM ANDI SURUJI
PSM dan Cinta yang Terluka
PSM Makassar terpaksa tutup buku musim kompetisi 2024/2025 dengan tambahan beban finansial lewat dua sanksi denda bernilai ratusan juta.
TRIBUN-TIMUR.COM - Setiap perjumpaan setelah sekian lama terpisah, sejatinya selalu bergembira dan menyenangkan.
Namun perjumpaan PSM dan penontonnya, di Stadion BJ Habibie, ternyata berakhir tragis.
Sedih dan menyakitkan. Tak seperti kisah cinta Ainun dan Habibie. Saling suport, saling cinta dan sayang menyayangi.
PSM Makassar bertubi-tubi harus menelan pil pahit.
Amat getir dan menjengkelkan. Dua hukuman denda berat ditimpakan padanya. Hanya dalam sepekan.
PSM terpaksa tutup buku musim kompetisi dengan tambahan beban finansial.
Menguras kantong untuk membayar denda Rp 220 juta, hukuman dari Komite Disiplin PSSI.
Ditambah pula denda Rp 400 juta dari AFC. Bukan nilai kecil di tengah beban finansial klub yang masih berat.
Semua itu gara-gara ulah brutal oknum penonton.
Disclaimer dulu ya. Tulisan ini bukan bermaksud menggeneralisir, apalagi mendiskreditkan suporter.
Tetapi untuk mengkritik dan mengkritisi ulah oknum penonton.
Suporter adalah mereka yang mencintai PSM seutuhnya, mendukung sepenuhnya.
Dalam kondisi apa pun. Tak peduli PSM menang atau kalah, terbang tinggi atau terpuruk.
Mereka tetap setia. Bernyanyi dan menari. Bergerak kompak dalam koreo magis.
Baca juga: Gegara Ulah Suporter, PSM Makassar Kena Sanksi Rp400 Juta
Baca juga: PSM Makassar Didenda Rp220 Juta Buntut Pembakaran Flare di Laga Terakhir Liga 1 2024/2025
Menabuh genderang penyemangat kepada jiwa petarung.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.