Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PPA Makassar Dampingi Kasus Murid SD Tewas Diduga Akibat Dikeroyok Teman

Untuk memastikan penyebab meninggalnya MR, polisi pun melakukan autopsi terhadap jenazah almarhum.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com/Muslimin Emba
PENGANIAYAAN ANAK - Ketua Tim Reaksi Cepat (TRC) UPTD PPA Kota Makassar, Makmur ditemui beberapa waktu lalu. UPTD PPA Makassar mengawal kasus MR yang masih duduk di bangku kelas enam SD meninggal dunia diduga dikeroyok teman sekolahnya. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Meninggalnya murid SD di Jl Maccini Gusung, Setapak 8, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.

MR yang masih duduk di bangku kelas enam SD itu, meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit, selama lima hari.

Keluarga almarhum menduga, MR meninggal dunia akibat dikeroyok sepekan sebelum dirawat di rumah sakit.

Dugaan itu, dikuatkan pengakuan MR dua hari sebelum menghembuskan nafas terakhir di ruang perawatan medis.

Oleh keluarga, MR mengaku dianiaya dua murid SD dan seorang siswa SMP.

Namun demikian, hasil diagnosa  rumah sakit menyebut MR menderita penyakit tipes dan demam berdarah.

Untuk memastikan penyebab meninggalnya MR, polisi pun melakukan autopsi terhadap jenazah almarhum.

Autopsi itu turut dipantau petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Makassar.

Ketua Tim Reaksi Cepat (TRC) UPTD PPA Kota Makassar, Makmur mengatakan, pihaknya tetap memantau kasus ini meski penanganan utamanya masih dipercayakan kepada kepolisian.

"Kami dari UPTD PPA hanya memantau, karena kasus ini kami masih memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas ini kasus seperti apa nantinya," kata Makmur, kepada wartawan, Senin (2/6/2025).

Baca juga: MR Murid SD di Makassar Meninggal Dunia Usai Dianiaya Temannya

Makmur juga mengaku, telah menyiapkan pendampingan psikologis bagi keluarga korban dalam menghadapi cobaan berat ini.

"Tapi kami dari UPTD PPA menyiapkan pendampingan untuk mereka terkait dengan kejadian ini. Pertama untuk konseling keluarga dalam menghadapi masalah ini," ujarnya 

Selain itu, UPTD PPA juga akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Makassar untuk menyalurkan bantuan yang dibutuhkan oleh pihak keluarga korban.

Makmur mengungkapkan, dari hasil asesmen, keluarga korban diketahui berasal dari kalangan kurang mampu.

"Ternyata, keluarga ini memang kurang mampu, ini bentuk perhatian pemerintah kota Makassar dari pihak korban," sebutnya.

Terkait pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah, Makmur menegaskan, edukasi sejak dini merupakan bagian penting dari tugas UPTD PPA.

"Sebenarnya ini memang salah satu tugas kami untuk memberi edukasi ke sekolah sekolah, tapi kan kejadian yang terjadi di depan sekolah adalah salah satu kejadian yang kita tidak harapkan terjadi," jelasnya.

Ia berharap Dinas Pendidikan Kota Makassar bisa melibatkan UPTD PPA dalam program edukasi di sekolah-sekolah secara lebih serius.

"Tetapi ini pentingnya dinas Pendidikan melibatkan UPTD PPA ketika melakukan edukasi di sekolah sekolah," harap Makmur.

Tim Jatanras Dikerahkan Menyelidiki 

Penyelidikan dilakukan setelah orangtua MR, resmi melaporkan kematian putranya ke Mapolrestabes Makassar.

"Jadi kami dari Unit Jatanras sementara menangani laporan perkara orang tua korban terkait dugaan anak di bawah umur meninggal dunia," kata Kanit Jatanras Polrestabes Makassar AKP Hamka ditemui di halaman ruang otopsi Bidokkes Polda Sulsel, Sabtu (31/5/2025).

Langkah awal yang diambil tim penyelidik Jatanras adalah mengumpulkan sejumlah informasi dari keluarga korban, saksi, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta sekolah korban. 

Hamka mengaku, semua informasi yang diterima dari keluarga akan diverifikasi secara menyeluruh melalui proses penyelidikan lapangan. 

Hal ini dilakukan guna memastikan akurasi informasi yang diperoleh dengan fakta lapangan.

"Jadi, semua informasi yang disampaikan oleh pihak keluarga kepada pihak kepolisian itu akan kami lakukan penyelidikan bahwa informasi yang disampaikan itu berdasarkan fakta," ujar Hamka.

Olehnya itu, Hamka pun meminta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil otopsi jenazah dan perkembangan penyelidikan polisi.

Sambil Menangis Kartina Ceritakan Pengakuan Putranya

Isak tangis Kartina (40) pecah saat menceritakan kondisi putranya MR (15), bocah kelas enam SD yang meninggal dunia usai diduga dikeroyok teman sebayanya sepulang sekolah.

Warga Jl Maccini Gusung Setapak 8, Kecamatan Makassar, Kota Makassar ini, mengingat betul kondisi MR saat menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari sebelum meninggal dunia, Jumat (30/5/2025) kemarin.

Di atas kasur ruang perawatan kata Kartina, MR sempat menceritakan saat dikeroyok tiga orang pelaku yang dua diantaranya anak SD dan satu lainnya siswa SMP.

"Di rumah sakit itu cerita, dia (MR dibilang dipukul ki, kutanya berapa orang pukul ki, dia angkat tiga jarinya baru bilang tiga orang," kata Kartina terisak sambil mengusap air mata di depan ruang autopsi jenazah RS Bhayangkara, Makassar, Sabtu (31/5/2025) siang.

"Kemudian dia angkat jarinya satu baru bilang dia anak SMP. Dia angkat lagi jarinya bilang dua ini anak SD," ucapnya lagi.

Begitu juga dengan luka yang diderita, MR kata Kartina sempat menceritakan bagian tubuhnya yang sakit setelah diduga dikeroyok.

"Waktu mau di rotgen, ditanya sama dokter bilang 'apata dipukul nak?'. Dia (anakku) pegang tangannya dokter lalu diarahkan ke dadanya dokter bilang 'ini dokter'," ungkap Kartina.

"Ditanya bilang apata lagi. Dia tunjuk perutnya dokter. Baru masuk di ruangan ICU, saat dirancang ICU, di raba sama kakeknya," ucapnya lagi sambil menangis.

Sang kakek yang juga berada di ruang perawatan, lanjut Kartini, sempat menanyakan nama pelaku pengeroyokan cucunya itu.

Namun, sang kakek kata ibu enam orang anak ini, sudah tidak mengingat lagi nama yang disebut cucunya itu.

"Sempat ditanya sama kakeknya bilang siapa siapa pukulki nak, dia sempat menyebut nama satu, tapi dia lupa siapa namanya itu orangnya," sebut Kartina.

"Saya langsung tulis namanya itu orang. Sudahnya dia sebut, drop mi, tidak bisa mi sampainya di kasih pindah ke Rumah Sakit Faisal, kemudian meninggalmi kodong," tuturnya.

Selain itu, Kartina juga mengaku pernah mendapati baju MR yang sobek sepulang sekolah.

"Tidak taumi itu, karena robekki bajunya. Sempat saya tanya waktu pulang sekolah karena saya lihat robek bajunya, bilang 'berkelahiko', dia bilang 'tidak'," ungkap Kartina.

"Saya bilang pasti berkelahi ko, karena dia sembunyi. Pasti na sembunyi, dia pendamki sakitnya sampai pendarahan otak dia," sambungnya.

Kartina pun berharap besar kepada polisi bisa mengungkap kasus kematian putranya ini.

Ia tak ingin, MR meninggal dunia begitu saja tanpa mendapat keadilan.

"Semoga polisi bisa usut tuntas, supaya dapatki keadilan," harapnya.

Ada luka Bekas Puntung Rokok 

Dugaan pengeroyokan dialami MR (15) dikuatkan dengan adanya beberapa luka yang didapati di tubuh korban.

Bahkan luka yang ada di punggung belakang korban, diduga bekas puntung rokok.

"Ada luka di belakangnya kodong bekas (puntung) rokok. Banyak memang lukanya," kata bibi almarhum, Desma (45) ditemui di rumah duka Jl Maccini Gusung Setapak 8, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Jumat malam.

Hal senada diungkapkan ibu almarhum, Kartina (40) saat ditemui depan ruang otopsi RS Bhayangkara, Makassar, Sabtu (31/5/2025).

Sambil terisak, Kartina menceritakan keluhan sakit putranya saat di rawat di rumah sakit.

"Saya tanya apata sakit nak, dia bilang iniku (dada), terus apata lagi nak, iniku (dekat perut)," ujarnya.

Saat pulang sekolah sepekan sebelum dirawat di rumah sakit, Kartina mengaku mendapati pakaian MR yang sobek di beberapa bagian.

Namun, saat ditanya, MR kata Kartina memilih menyembunyikan kejadian yang dialami.

"Saya bilangji, pasti sudahko berkelahi ini nak, kenapa robek bajumu, tapi dia bilang tidak ji mama, jatuhja main bola," ucapnya.

Jenazah Diautopsi 

Pantauan Tribun, jenazah tiba telah dijemput ambulans Tim Dokpol Biddokkes Polda Sulsel.

Kehadiran jenazah didampingi ibunya, Katrina (40) dan sejumlah keluarga serta kerabat.

Katrina mengaku, sengaja meminta proses autopsi untuk memudahkan penyelidikan polisi dalam mengungkap penyebab pasti kematian MR.

"Sekarang jenazah sudah di ruang autopsi, supaya cepat terungkap (karena ada kecurigaan) dibully dan dikeroyok," ujar Katrina.

Hal senada diungkapkan suami Katrina ayah MR, Ichal Jamaluddin (41).

"Pada saat melapor polisi meminta diotopsi karena mau dilihat penyebab korban meninggal," ujar Ichal ditemui wartawan saat di rumah duka.

Ichal berharap, dengan adanya proses autopsi ini, kepolisian dapat mengungkap kasus itu secara terang benderang.

"Kalau kami sekeluarga ingin mengungkap kasus ini, walaupun identitas pelaku belum diketahui tapi itu menjadi tugas kepolisian supaya bisa membantu mengungkap identitasnya agar tidak ada lagi cukuplah anak saya mengalami tindakan intimidasi," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang murid sekolah dasar (SD) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, meninggal dunia setelah diduga dianiaya teman sebayanya.

Korban yang baru duduk di bangku kelas enam SD, diketahui berinisial MR (15).

Jenazah almarhum saat ini berada di rumah duka berlokasi di Jl Maccini Gusung, Setapak 8, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Jumat (30/5/2025) malam.

Pantauan Tribun, rumah duka yang berada di dalam lorong dipadati keluarga dan kerabat almarhum.

Hadir juga sejumlah personel Polsek Makassar, mengambil keterangan keluarga korban di rumah duka.

Isak tangis keluarga tak terbendung, saat melihat kondisi jenazah almarhum.

Tampak dua kelopak mata almarhum membiru saat keluarga membuka kain penutup jenazah.

Tante almarhum, Desma (45) mengatakan, korban diduga mengalami penganiayaan pada pekan lalu dan meninggal dunia setelah lima hari dirawat di rumah sakit.

"Meninggal pas Ashar tadi di Rumah Sakit Faisal," kata Desma.

Peristiwa dugaan penganiayaan dialami MR, kata Desma setelah ujian pekan lalu.

"Diborongi (dikeroyok) itu pas (setelah) ujian, Minggu lalu kasian," ujar Desma.

Bahkan Desma mengaku, saat MR masih dirawat, dirinya sempat menanyakan langsung ke korban.

"Waktu di rumah sakit saya tanya, Adnan siapa yang pukul ko nak, dia bilang tiga, dia kasih naik tiga jarinya begini. Katanya ada satu anak SMP, yang dua anak SD," ucapnya.

Belum ada keterangan resmi dari kepolisian ihwal dugaan penganiayaan itu.

Ayah MR dan pamannya saat ini berada di Mapolrestabes Makassar, untuk melaporkan dugaan penganiayaan tersebut.(*)

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved