Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dasad Latief

Kisah Ustad Das’ad Latif Gagal Jadi Tentara di Depan Alumni Akpol 1991

Ustadz Das’ad Latif, dai kondang asal Makassar, mengungkapkan kisah masa mudanya saat mengikuti seleksi masuk TNI dan gagal. 

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok ISTIMEWA
GAGAL MASUK TENTARA-Ustad Dasad Latif, dai kondang asal Kabupaten Pinrang, saat berdakwah di masjid, beberapa waktu lalu. Dasad menceritakan kisahnya gagal masuk tentara pada acara Halal Bihalal bersama Kapolri dan alumni Akpol 1991 dalam acara halal bilhalal Batalyon Bhara Daksa di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2025). 

Dengan gaya khas yang penuh canda namun sarat makna, Ustadz Das’ad menekankan pentingnya menjaga ukhuwah dan persaudaraan menjelang masa pensiun para perwira tinggi Polri.

“Halal bihalal itu bahasa Arab, tapi hanya ada di Indonesia. Di Timur Tengah tidak ada,” ucap Ustadz 

Das’ad membuka ceramahnya. 

Ia menyebut bahwa inti dari halal bihalal adalah saling memaafkan untuk merajut kembali persaudaraan yang mungkin sempat retak karena perbedaan, terutama dalam urusan politik dan kekuasaan.

Dalam ceramahnya, Ustadz Das’ad mengibaratkan karier para alumni Akpol 1991 seperti penerbangan yang telah lepas landas dan kini sedang bersiap untuk mendarat. 

“Jangan lagi mayoritas berpikir mau take off. Sekarang persiapan landing,” ujarnya. Ia mengingatkan bahwa dalam perjalanan karier selama 34 tahun pasti ada turbulensi, dan salah satunya adalah perselisihan akibat perebutan kekuasaan.

“Pilkada bisa ribut orang, Pilpres bisa ribut orang. Tapi lihat, Prabowo lawannya Anies, wakilnya Muhaimin. Sekarang Muhaimin malah jadi menteri Prabowo,” katanya. 

“Kita masih ribut seangkatan karena salah pilih gerbong. Biasa itu. Jangan sampai gara-gara kekuasaan kita ribut.”

Ia juga menyoroti bahaya sikap sombong dan prasangka buruk. Menurutnya, sombong bukan soal memakai barang mahal, tapi ketika meremehkan orang lain. 

“Apa itu sombong? Kalau dia remehkan orang yang pakai barang palsu. Itu sombong,” jelasnya. 

Ia juga menekankan pentingnya menjaga hati dari rasa lebih pintar karena ilmu atau jabatan. 

“Ustad juga bisa sombong kalau merasa paling benar, seolah-olah panitia hari kiamat,” selorohnya.

Ustad Das’ad juga menekankan pentingnya berprasangka baik, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. 

Ia mencontohkan dengan humor. 

“Kalau suami tidak angkat telepon pagi, sangka baik. Mungkin sedang salat duha. Lihat WhatsApp suami bonceng perempuan cantik, oh berarti lagi jadi ojek online,” katanya disambut tawa hadirin.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved