Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haji 2025

Dari Jualan Kapurung dan Kue, Rejeki Hudaya Naik Haji Lewat Kloter Jayapura

Hudaya menyampaikan kalau ia sejak tamat Sekolah Dasar di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada 1995 kemudian merantau di Papua.

TRIBUN-TIMUR.COM/Muhammad Nur Alqadri
HAJI 2025 - Hudaya jamaah haji Kloter 27 asal Jayapura, Papua saat ditemui di Aula Arafah Asrama Haji Emberkasi. Selasa (20/5/2025). Hudaya menyampaikan ia tak menyangka bisa berangkat haji musim ini dari hasilnya menjual kue dan kapurung. 

Saat berada dihadapan Ka'bah nantinya, Hudaya ingin berdoa, agar dapat diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki.

"Diberikan ampunan sama Allah, kalau bisa saya masih diberikan kesempatan sama Allah untuk bisa kesana bersama anak, suami dan keluarga," ucap Hudaya sambil meneteskan air mata.

Jemaah Haji Usia 109 Tahun

Mbah Sumbuk, jamaah haji tertua dari Indonesia berusia 109 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah, akhirnya menginjakkan kakinya di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (18/5) pagi.

Pesawat yang membawanya beserta rombongan Kloter JKS 33 dari Embarkasi Jakarta-Bekasi tiba satu jam lebih awal dari yang dijadwalkan, yakni sebelum pukul 07.20 WAS.

Kloter 33 ini terdiri dari 434 jamaah dengan 8 petugas yang mendampingi. 

Satu per satu jemaah mulai memasuki terminal haji untuk kemudian diarahkan menuju bus yang akan membawa mereka ke Makkah. Mbah Sumbuk muncul paling akhir.

Dia muncul dengan kursi roda ditemani beberapa petugas.

Perempuan berusia lebih dari seabad itu nampak tenang saat kursi rodanya didorong oleh PPIH atau Petugas Haji. Wajahnya semringah meski terlihat lelah.

Karena tak bisa berbahasa Indonesia, Mbah Sumbuk lalu dihampiri oleh Warijan, salah satu tim Media Center Haji (MCH) yang juga berasal dari Kebumen, sama seperti asal Mbah Sumbuk.

Warijan pun mulai berkomunikasi dengan Mbah Sumbuk. 

"Alhamdulilah wes tekan kene (alhamdulillah sudah sampai sini)," kata Mbah Sumbuk.

Melihat Warijan yang menghampirinya, Mbah Sumbuk lalu bertanya: "Kowe wong Kebumen, Le? (kamu orang Kebumen nak?)," tanya Mbah Sumbuk.

"Inggih, Mbah. Nyong asli Kebumen (Iya Mbah, saya asli Kebumen)," jawab Warijan dengan wajah ceria. "Ngendi lemete, Le? Kowe ngerti ora, ana lemet ora neng kene? (mana lemetnya Nak? Kamu tahu tidak ada lemet di sini?)," tanya Mbah Sumbuk kepada Warijan, sembari melihat sekelilingnya.

Mbah Sumbuk lalu mengatakan kalau bikin lemet itu gampang, yang penting matang pasti lemetnya enak.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved