Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital

Tak ada pesan, tak ada penjelasan. Atau, chatting-mu tiba-tiba cuma di-read atau seen saja? Itulah yang disebut ghosting.

Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Rismayanti, S.S., M.Hum., Dosen FIB Unhas 

Analisis apakah kesalahan datang dari diri sendiri atau memang orang lain. Sadari bahwa tidak semua hubungan layak kamu kejar. Dan tidak semua hubungan berhasil, terkadang kita bertemu orang hanya untuk belajar bahwa ternyata ada yang disebut psikolinguistik diam.

Di tengah dunia yang serba cepat ini, dengan pelbagai media sosial. Menghilang memang mudah. Tapi bukan berarti itu tindakan yang benar, tapi itu kembali ke hak individu.

Mari mulai membiasakan komunikasi yang jujur, terbuka, dan empatik. Karena diam mungkin terasa mudah bagi yang pergi, cieh mungkin seperti lirik lagu dari Sheila On 7 ya? “Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu, andai saja cintamu seperti cintaku”. Ya, ini bisa sangat berat bagi yang ditinggalkan. 

Ghosting memang tak bersuara, tapi luka yang ditinggalkannya bisa bergaung lama di hati. Maka, sebelum memutuskan untuk diam, pikirkanlah makna di baliknya. Sebab dalam cinta, yang tak terucap pun bisa melukai.

Sebuah survei yang dilakukan oleh YouGov pada tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 55 persen responden dari Generasi Z (usia 18–26 tahun) mengaku pernah mengalami ghosting dalam hubungan romantis, dan hampir 48 persen di antaranya merasa cemas berlebihan serta mengalami overthinking akibat tidak mendapatkan penjelasan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa keheningan atau diam dalam komunikasi digital bukan hanya membuat hubungan berakhir secara sepihak, tetapi juga menciptakan tekanan mental yang cukup besar. 

Di sini kita belajar bahwa kecenderungan gen z memilih diam.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Social and Personal Relationships (2021), ditemukan bahwa sekitar 25 persen orang dewasa usia 30 hingga 50 tahun juga pernah mengalami ghosting dalam hubungan.

Meski lebih jarang dibandingkan Generasi Z, dampaknya justru lebih emosional dari 60 % responden dewasa merasa kehilangan harga diri dan mengalami kesulitan mempercayai pasangan di hubungan berikutnya. Ini menunjukkan bahwa ghosting bukan hanya masalah generasi muda, tetapi juga memengaruhi kedewasaan emosional dan cara individu dewasa memaknai keheningan sebagai sinyal dalam komunikasi interpersonal.

Psikolinguistik diam ini juga relevan dalam hubungan selain asmara. Karena itu, penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan positif dalam berbagai relasi.

Bila orang lain memilih untuk diam atau menghilang, itu bukan masalah yang harus kamu tanggung sendiri. Bangkitlah, jangan menyalahkan diri sendiri. Mencoba untuk bersikap dewasa dengan selalu memaafkan. 

Bangun kembali kepercayaan terhadap komunikasi dengan orang lain, dan terutama dengan dirimu sendiri. Jauhi hubungan yang toksik, merawat diri penuh kasih.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved